Kopi Pagi

Debat Kedua Pilpres Sudah Usai, Cari Pemimpin yang Bukan Pemimpi

Ada dua tipe pemimpin, yakni transformasional dan transaksional. Manakah yang layak kita pilih?

Penulis: Dodi Sarjana | Editor: Dodi Sarjana
Tribun Manado
Debat Capres 2019 Putaran Kedua 

Namun sebagai calon pemilih, seyogyanya kita bisa mengedepankan hati yang bening dan pikiran jernih untuk menetapkan pilihan pada saat pencoblosan 17 April nanti. Kita harus bersabar dan tetap realistis dalam menanggapi janji-janji yang dilontarkan kedua calon presiden.

Belajar dari pengalaman negara-negara lain, masing-masing capres d

Baca: Jokowi Singgung Ratusan Ribu Hektar Kebun Milik Prabowo, Fadli Zon: akan Diambil Orang Asing

Baca: Hasil Lengkap Debat Capres 2019 Putaran Kedua, Panas! Bahas Soal Luas Lahan Hingga Unicorn

Baca: Keamanan Filipina Acak Adul, Kopassus Dikirim Kawal Corazon Aquino: Menyamar Sebagai Paspampres

i sana pada waktu kampanye biasanya juga melemparkan janji akan berpihak kepada rakyat. Berpihak pada kebutuhan hakiki masyarakat. Bukan pada kebutuhan segelintir orang atau golongan.

Pada tahun-tahun berikutnya seusai menang pemilihan, kita sering mendapatkan substansi politis tidak banyak mengalami perubahan. Hakikat pemimpin diselewengkan hanya untuk memenuhi kebutuhan segelintir orang dan kelompok saja.

Seringkali kita tidak menemukan pemimpin yang mampu menjabarkan visi perubahan di saat-saat mereka berkuasa. Kita tentu tidak ingin hal itu terjadi pada negara kita. Oleh karenanya mari membuka hati untuk melihat ketulusan dari masing-masing capres kita.

Ada dua tipe pemimpin yang secara tegas berbeda dalam bersikap. Pertama adalah pemimpin berjiwa transaksional dan yang lainnya adalah pemimpin transformasional.

Baca: Hari Ini! Saksikan Timnas U-22 Indonesia vs Myanmar di Piala AFF U-22 2019 Kamboja, Ini Jadwalnya

Baca: Agusrizal Sebut Kualitas Sawit Indonesia Nomor Satu di Dunia

Baca: Kecanduan Film Dewasa Sejak Usia 12 Tahun, Wanita Ini Terobsesi Adegan Hard-Core. Sadar Setelah. . .

Kepemimpinan transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan.

Seorang pemimpin dikatakan bergaya transformasional apabila dapat mengubah situasi, mengubah apa yang biasa dilakukan, bicara tentang tujuan yang luhur, memiliki acuan nilai kebebasan, keadilan dan kesamaan.

Pemimpin yang transformasional akan membuat bawahan melihat bahwa tujuan yang mau dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya.

Kepemimpinan transformasional dapat dilihat dari tingginya komitmen, motivasi dan kepercayaan bawahan sehingga melihat tujuan masyarakat luas yang ingin dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya.

Jokowi dan Soimah
Jokowi dan Soimah (Instagram/jokowi/showimah)

Baca: Soimah Ingin Gantiin Posisi Jadi Ibu Negara, Begini Reaksi Iriana Jokowi

Baca: Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Hadiri Rakerkesnas 2019, Bahas Isu-isu Penting 2019

Sementara dalam kepemimpinan transaksional hanya akan mereproduksi oportunis- oportunis sebagaimana sudah kita kenal selama ini. Dan....bukan hanya oportunisme yang dihasilkan gaya politik semacam ini, melainkan juga elitisme karena kepentingan-kepentingan partikular partai-partai akan lebih banyak berbicara daripada tujuan lebih tinggi, yakni kepentingan semua masyarakat yang dapat dicapai dengan komitmen moral.

Jadi, jangan larut dalam emosi dan eforia sesaat. Mari kita cermati benar rekam jejak para calon presiden, kita dengarkan visi misinya dalam debat-debat berikutnya dan saat kampanye.

Baru setelah itu itu, tentukan pilihan sesuai dengan hati sanubari Anda pada saat coblosan nanti. Jangan salah pilih ya. (RHR Dodi Sarjana)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved