Digembleng Keras oleh Kolonel Moeng, Sosok Ini Disegani Karena Misi Berbahaya & Jadi Danjen Kopassus
Ya, tidak main-main, Kopassus memiliki latihan berat dan bahkan pelatih mengerikan, sampai-sampai, para prajurit sangat takut gagal di medan perang.
TRIBUNJAMBI.COM - Bila mengenal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pastinya latihan dan geblengan keras sang pelatih jadi momok utama untuk bergabung.
Ya, tidak main-main, Kopassus memiliki latihan berat dan bahkan pelatih mengerikan, sampai-sampai, para prajurit sangat takut gagal di medan perang.
Karena akan pulang dan berhadapan dengan pelatih.
Tidak hanya itu, Pelatih kopassus disebut lebih seram dari hantu, hal itu yang pernah terlontar dari beberapa prajurit Kopassus.
Baca Juga:
Hasil Laga Fulham vs Manchester United, Setan Merah Menang Telak 0-3, Klasemen Liga Inggris Berubah
Jokowi Batalkan Pemberian Remisi Terhadap Pembunuh Wartawan, Jerinx SID: Mantap Bro!
Terang-terangan & Buat Heboh, Ustaz Yusuf Mansur Dukung Jokowi di Pilpres 2019, TGB pun Lakukan Ini
Fahri Hamzah Beri Komentar Menggelitik Soal Partai Baru dan Istri Baru Ahok: Asyeeemmm. . .
Perubahan warna baret Kopassus dari cokelat menjadi merah darah memiliki cerita tersendiri.
Perubahan seragam Kopassus, dari pakaian dinas lapangan (PDL) loreng khusus "darah mengalir", mengantikan seragam PDL loreng lama, juga menorehkan sejarah tersendiri.
Perubahan itu terjadi saat Kolonel Moeng Pahardimulyo menjadi Danjen Kopassus, pada 1958-1964.
'Anak didik' Kolonel Moeng menuliskan itu secara apil dalam sebuah buku berjudul Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009, dituliskan betapa kerasnya Kolonel Moeng.
Saat itu Republik Indonesia masih berumur muda dan Para Komando rengan dirintis.
Kolonel Moeng Pahardimulyo terkenal keras. Dia sudah menjadi anggota pasukan khusus TNI sejak 1960-an, saat Komando Pasukan Khusus masih bernama RPKAD ( Resimen Para Komando Angkatan Darat).
Banyak cerita tentang Kolonel Moeng yang tak diketahui orang.

Di antara cerita yang terkenal tentang Moeng, saat dia menelan mentah-mentah telur ular piton. Padahal sebenarnya, ada banyak keteladanan darinya.
Moeng komandan yang keras dan disiplin, selain itu menerapkan hidup sederhana.
Jejak karier di RPKAD/Kopassus.
Danyonif Linud 305/Tengkorak (1949 - 1953)
Komandan RPKAD (1958 - 1964)
Pangkat terakhir: Mayor Jenderal TNI (Purn.)
Tempat tanggal lahir: Yogyakarta, 11 Januari 1925
Meninggal: Jakarta, 28 Desember 2012
Moeng menjabat Komandan RPKAD dengan pangkat letnan kolonel, pelantikan di Manado pada 3 Agustus 1958.