Gunung Anak Krakatau Meletus 60 Kali Sehari, Begini Penjelasan PVMBGTerkait Potensi Tsunami Susulan
Dari pos pemantauan di Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Krakatau tercatat meletus 60 kali
Gunung Anak Krakatau Meletus 60 Kali Sehari, Begini Penjelasan PVMGB Terkait Potensi Tsunami Susulan
TRIBUNJAMBI.COM - Gunung Anak Krakatau hingga saat ini masih terus mengeluarkan letusan. Dari pos pemantauan di Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Krakatau tercatat meletus 60 kali pada Rabu (2/1/2019).
Namun, letusan tersebut sangat kecil peluangnya memicu tsunami seperti yang terjadi pada 22 Januari 2018 lalu. Hal tersebut disampaikan Petugas Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau, Deny Mardiono.
"Kalau letusan saat ini sangat kecil sekali peluangnya terjadi tsunami, karena sekarang gunungnya sudah jauh lebih rendah tinggal 110 meter lagi," kata Deny.
Baca: Begini Kronologi Foto Vulgar Polwan Brigpol DW Disebar Pria Ngaku Komisaris Polisi di Medsos
Baca: Ramalan Zodiak Kesehatan & Karir Hari Ini Jumat 4 Januari 2019: Aries Hati-hati, Pisces Kesempatan
Baca: Identitas Ali Kalora dan 10 MIT yang Dikejar, Tinggal Turunkan Raider Atau Kopassus, Selesai
Baca: Torro Margens Meninggal Dunia, Fakta Tentang Penyakit Aktor Antagonis dan Pembawa Acara Misteri
Baca: Fakta Ratusan Mahasiswa Indonesia Disuruh Kerja Paksa di Taiwan, Disuruh Makan Daging Babi
Dia mengatakan, saat ini aktivitas Gunung Anak Krakatau masih fluktuatif sejak adanya peningkatan pada Juni 2018 lalu.
Gunung Anak Krakatau sempat menunjukkan tren penurunan aktivitas setelah terpantau ada rayapan pada badan hingga ukurannya menyusut dari 338 meter di atas permukaan laut (Mdpl) menjadi 110 Mdpl.
Sementara pada dua hari berturut-turut kemarin, Gunung Anak Krakatau tercatat meletus sebanyak 33 kali dan 60 kali letusan. Hingga saat ini status Gunung Anak Krakatau masih belum ada perubahan, tetap Level III Siaga.
Deny mengimbau masyarakat untuk mematuhi jarak bahaya yang ditetapkan, yakni lima kilometer dari gunung, karena memungkinkan untuk terkena lontaran material yang dikeluarkan oleh letusan Gunung Anak Krakatau.
Ahli Vulkanologi Surono meminta masyarakat tidak mensalahartikan penyebab terjadinya tsunami di Selat Sunda pada Sabtu (22/12) lalu. Pria yang akrab disapa Mbah Rono ini menegaskan, tsunami di perairan Selat Sunda tidak ada kaitannya dengan erupsi letusan Anak Gunung Krakatau.
"Jangan ada diskusi lagi, jangan beri judul tsunami di Selat Sunda disebabkan oleh letusan Anak Krakatau. Jangan kriminalisasi Gunung Anak Krakatau," kata Mbah Rono.
Peristiwa yang menelan korban sebanyak 437 orang, 14.059 orang luka-luka, 16 orang hilang ini, kata Mbah Rono, bahwa penyebab terjadinya tsunami di Selat Sunda karena longsoran Anak Gunung Krakatau. Hal tersebut telah diteliti dan dipublikasikan sejak 2012 yang lalu.
Baca: Ramalan 12 Zodiak Soal Keuangan Selamat Tahun 2019, Leo Bakal Ketiban Rezeki di Bulan Maret
Baca: Indro Warkop Ungkap Keadaan dari Anak Dono, Satu Diantaranya Ada yang Baru Mempersunting Pasangannya
Baca: Meski Luka Parah & Peluru Bersarang di Tubuh Legenda Kopassus ini, Musuh Tetap Mati di Tangannya
Baca: Penderitaan Penumpang Pesawat Woyla Sebelum Kopassus Datang, Mau ke Toilet pun Pintu Harus Dibuka
Baca: Kejadian Janggal Sehari Jelang Bu Tien Wafat, Soeharto Ternyata Telah Merasakan Tanda-tandanya
“Ini bukan letusan tapi longsoran Gunung Anak Krakatau. Tsunami di Selat Sunda sudah diteliti, tsunami di Selat Sunda disebabkan karena longsoran,” ungkapnya.
Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ini, menyebut apabila Gunung Anak Krakatau bisa berbicara, maka gunung yang berada diantara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera ini akan mengiyakan apa yang disampaikannya tersebut. "Anak Krakatau akan bilang dari dulu 'orang bilang melihat saya potensi tsunami adalah longsoran tubuh saya, bukan letusan saya'. Pasti anak Krakatau dengan jujur mengatakan itu,” papar Mbah Rono.
Penerbangan Normal
Gunung Anak Krakatau kembali erupsi pada Kamis (3/1) siang. Imbasnya kolom abu imbas erupsi ini mencapai 2.000 meter dari puncak gunung.
"Tinggi kolom abu teramati kurang lebih 1.600 meter di atas puncak (kurang lebih 1.710 meter di atas permukaan laut)," tulis keterangan resmi yang didapat Tribun dari KESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunungapi Anak Krakatau.
Baca: Kejadian Janggal Sehari Jelang Bu Tien Wafat, Soeharto Ternyata Telah Merasakan Tanda-tandanya
Baca: Tak Banyak yang Tahu, Ibu Tien Istri Soeharto Adalah Pahlawan Nasional, Buktinya Ada di Tempat ini
Baca: Piala AFF U-22 2019 - Bangun Timnas U-22 Indonesia, Indra Sjafri Panggil Asisten Pelatih Ini
Baca: Surat Pribadi Peninggalan Sang Legenda Marylin Monroe, Begini Isi Suratnya
Sementara, menurut penjelasan dari Manager Humas AirNav Indonesia, Yohanes Sirait, erupsi dari Gunung Anak Krakatau hingga saat ini belum menggangu arus lalu lintas penerbangan, baik dari Bandara Soekarno Hatta di Tangerang ataupun ke bandar udara yang ada di Lampung.