Tsunami Banten
The Guinness Book of Records Catat Sebagai Letusan Terhebat dalam Sejarah, Ini Ancaman Krakatau
Gelombang tsunami Selat Sunda hingga Senin (24/12) pagi telah menelan 281 korban meninggal dunia 1.016 orang luka-luka,

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Gelombang tsunami Selat Sunda hingga Senin (24/12) pagi telah menelan 281 korban meninggal dunia 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi.
Gelombang tsunami menghantam Banten dan Lampung secara tiba-tiba pada Sabtu (22/12) malam terdapat tiga wilayah terdampak, yaitu Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan
Kerusakan fisik meliputi 611 unit rumah rusak, 69 unit hotel-vila rusak, 60 warung-toko rusak, dan 420 perahu dan kapal rusak.
VIDEO: Betulkah Micin Tidak Aman Dikonsumsi? Yuk, Simak Penjelasannya
Berat Badan Turun 102 Kg, Berikut 10 Potret Arya Permana setelah 2 Tahun Berlatih dengan Ade Rai
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, ada dua peristiwa yang kemungkinan menjadi pemicu gelombang tsunami tersebut, yakni karena aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang tinggi karena cuaca di perairan Selat Sunda.
Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan masih mendalami apakah kaitannya gelombang itu dengan aktivitas anak Gunung Krakatau yang beberapa bulan terakhir menunjukan letusan-letusan kecil.
Lebih dari 400 letusan kecil terjadi pada Gunung Anak Krakatau ini. Gunung yang terletak di tengah laut atau yang berada di pinggir pantai seperti Gunung Anak Krakatau ini sewaktu-waktu sangat berpotensi menghasilkan volcanogenic tsunami.
Gunung Anak Krakatau merupakan kaldera atau fitur vulkanik yang terbentuk akibat erupsi besar Gunung Krakatau pada abad ke-19. Menurut beberapa catatan sejarah, Gunung Krakatau meletus pada 27 Agustus 1883 sekitar pukul 10.20.
Letusan Gunung Krakatau ini tercatat dalam The Guinness Book of Records sebagai "letusan terhebat yang terekam dalam sejarah (the most powerful recorded explosion in history). Tsunami Selat Sunda seakan mengingatkan akan potensi bahayanya Gunung Krakatau yang pernah menjadi penyebab bencana terdahsyat dalam sejarah.
Jokowi: Sudah Lunas, RI Sah Kuasai 51,2 Persen Saham Freeport
Transaksi Palsu Hingga Rp 70 Juta Demi Cashback Bukalapak Akhirnya Terungkap
Sebagai bangsa yang tinggal di Lingkaran Api Pasifik atau Ring of Fire, tentunya Indonesia harus menyiapkan diri menghadapi erupsi, terutama dampaknya terhadap masyarakat.
Aktivitas Gunung Krakatau pernah mengakibatkan efek yang luar biasa pada 1883. Ketika itu, gelombang tinggi akibat letusan menghempaskan wilayah Jawa bagian barat.
Dilansir dari Harian Kompas yang terbit pada 27 Agustus 1982, awal dari bencana Gunung Krakatau diawali dari dentuman keras pada Mei 1883. Dentuman kerasnya terdengar selama beberapa jam di Batavia, Bogor, Purwakarta, Palembang, dan juga sampai di Singapura.
Dalam laporan buku kapal korvet Jerman "Elizabeth", terlihat asap setinggi 11 kilometer dan debu vulkanik yang larut dibawa angin sejauh 550 kilometer. Selain itu, ada juga insiyur penambang Belanda, Schuurman yang berhasil lolos dari dentuman pertama dari gunung di Selat Sunda.
Dalam laporannya, pepohonan hangus terbakar dan meranggas. Kapal-kapal pedagang dari Inggris dan Belanda yang melewati Selat Sunda itu juga terkena dampaknya. Sehingga, awak kapal harus menyelamatkan diri masing-masing.
Pasang Baliho Prabowo-Sandiaga di Depan Rumah, Foto Emak-emak di Semarang Ini Jadi Viral
Harga Batu Bara Cenderung Menurun, Ini Saham yang Masih Bisa Anda Lirik
Puncak letusan Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883. Sebuah dentuman dahsyat menggelegar dari arah Selat Sunda, selat di antara Pulau Sumatra dan Jawa, disusul dengan semburan debu vulkanik setinggi 80 kilometer.
Dilansir Harian Kompas yang terbit pada 1992, pukul 10.20 pagi hari, Gunung Krakatau telah meletus. Letusan Krakatau terdengar ke timur sampai Australia Tengah, 3.300 kilometer dari titik ledakan, dan ke barat terdengar sampai Pulau Rodriguez, kepulauan di Samudera Hindia, 4.500 kilometer jauhnya dari Selat Sunda.