Tsunami Banten dan Lampung

Tsunami di Banten dan Lampung, 3 Orang Tewas, 21 Terluka Akibat Gelombang Tinggi di Pandeglang

Gelombang dengan ketinggian sekitar 0,9 meter ini menerjang wilayah pesisir pantai di Banten dan juga Lampung.

Editor: bandot
handout
Saat air laut masuk ke hotel di Pantai Anyer Banten akibat gelombang pasang naik, Sabtu (22/12/2018) malam.(handout) 

Tsunami di Banten dan Lampung, 3 Orang Tewas, 21 Terluka Akibat Gelombang Tinggi di Pandeglang

TRIBUNJAMBI.COM - Tsunami terjadi di wilayah Banten dan Lampung pada pada Sabtu (22/12/2018).

Gelombang dengan ketinggian sekitar 0,9 meter ini menerjang wilayah pesisir pantai di Banten dan juga Lampung.

Setelah sempat simpang siur, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akhirnya menyatakan bahwa gelombang tinggi yang menerjang wilayah Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12/2018) adalah tsunami kecil.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan dalam konferensi pers pada Minggu (23/12/2018) dini hari bahwa berdasarkan ciri gelombangnya, tsunami yang terjadi kali ini mirip dengan yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah lalu.

"Periodenya (periode gelombang) pendek-pendek," katanya.

Seperti ahli dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko, BMKG juga menduga bahwa tsunami dengan ketinggian tertinggi 0,9 meter ini disebabkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau yang pada Sabtu bererupsi hingga 4 kali, terakhir pada pukul 21.03 WIB.

Baca: Bukan Tsunami Anyer, 1 Orang Tewas dan 11 Terluka, Hotel-hotel Rusak

Baca: Menjual Kokain 1,3 Ton dalam Sehari, Pria Ini Kantongi Rp 3,9 Trilun, Ini Fakta-faktanya

Baca: Sering Tidur dengan Kipas Angin Menyala? Fakta-fakta Ini Membuat Anda Bisa Jadi Menyesal

Erupsi gunung api itu diduga menyebabkan guguran material yang jatuh ke lautan dan akhirnya mengakibatkan gelombang tinggi.

Menurut BMKG, gelombang yang menerjang bisa jadi lebih tinggi dari yang terdata sebab ada beberapa wilayah di sekitar Selat Sunda yang punya morfologi teluk seperti di Palu.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono saat menyampaikan konferensi pers pada Minggu (23/12/2018).

BMKG menyatakan bahwa yang terjadi di pesisir Serang Banten dan juga di Lampung adalah tsunami.

"Besok pagi kami akan upayakan untuk mengumpulkan data lagi apakah benar itu longsor," ungkapnya.

Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar mengatakan, Anak Krakatau memang telah bereupsi sejak 29 Juni 2018. erupsi terbesar pada Sabtu kemarin, gunung api tersebut melontarkan material hingga ketinggian 1.500 meter.

Tipe letusannya sendiri strombolian.

Rudy mengatakan, memang ada kemungkinan material erupsi Anak Krakatau runtuh ke lautan dan menyebabkan gelombang.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved