Sebelum Kopassus Datang, Penderitaan Ini yang Dirasakan Penumpang Pesawat Garuda Woyla Saat Dibajak
Sebelum Kopassus datang, para penumpang pesawat DC-9 Garuda Woyla korban pembajakan mengalami sejumlah penderitaan.
TRIBUNJAMBI.COM - Penyelamatan penumpang pesawat DC 9 Woyla milik Garuda Indonesia yang dibajak oleh segerombolan teroris menjadi satu diantara operasi Kopassus yang menyita perhatian dunia.
Pesawat DC yang membawa puluhan penumpang dari Jakarta tujuan Medan dibajak.
Saat berada di bawah penyanderaan teroris, para penumpang merasakan penderitaan.
Sebelum Kopassus datang, para penumpang korban pembajakan pesawat Woyla mengalami sejumlah penderitaan.
Seperti diketahui, pesawat DC 9 mlik Garuda Indonesia itu dibajak oleh lima teroris dari kelompok yang mengaku bernama Komando Jihad.
Awal mula peristiwa pembajakan itu pada Sabtu, 28 Maret 1981.
Sekitar pukul 09.00, pesawat transit di Palembang.
Baca: Live Streaming Persebaya Surabaya Vs PSM Makassar TV Online Siaran Langsung Indosiar Mulai 18.30 WIB
Mengutip dari Harian Kompas yang terbit 1 April 1981, pesawat lepas landas setelah menunggu lima menit.
Awalnya tak ada yang ganjil, semua penumpang duduk pada tempatnya masing-masing.
Ketika pramugari tengah membagikan makanan, beberapa penumpang bangun, berlari ke bagian depan kabin.
"Jangan bergerak! Jangan bergerak! Siapa yang bergerak akan saya tembak!"
Pembajak meminta pesawat Woyla diterbangkan ke Sri Lanka.

Pilot Herman Rante menolak dengan alasan bahan bakar tak akan cukup bila harus melintasi bagian utara Samudera Hindia.
Maka pesawat Woyla dibelokkan rutenya menuju Penang, Malaysia, dan kemudian diarahkan ke Bangkok, Thailand.
Imran bin Muhammad Zein, pemimpin kelompok pembajak pesawat itu, meminta pemerintah Indonesia membebaskan 80 rekan mereka yang kala itu mendekam di penjara.
Baca: 10 November 2018, Kumpulan Ucapan Hari Pahlawan Cocok untuk Facebook, Whatsapp dan Instagram