Peringatan Hari Pahlawan

Hari Pahlawan: Siapa Sangka, Jenderal Besar Soedirman Aslinya Seorang Guru yang Ditakuti Penjajah

Berbicara mengenai Tentara Nasional Indonesia yang berulang tahun hari ini, sulit kiranya memisahkan dari sosok Jenderal Soedirman

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Puspen TNI
Panglima besar Jenderal Soedirman 

TRIBUNJAMBI.COM - Hari ini tepat peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November.

Berbicara hari pahlawan, pastinya tidak lepas dari perjuangan penjaga NKRI saat ini yaitu Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Berbicara mengenai Tentara Nasional Indonesia, sulit kiranya memisahkan dari sosok Jenderal Soedirman. Dialah Panglima TNI pertama.

Soedirman terpilih karena terkenal sebagai komandan tentara yang bijak dan bersikap kebapakan. Sikap ini sudah ditunjukkan jauh sebelum ia menjadi tentara.

Setamat pendidikan guru di HK Mohammadiyah Solo tahun 1934, ia menjadi Kepala SD Mohammadiyah di Cilacap sebelum Jepang menyerbu Indonesia.

Sebagai kepala sekolah, ia bersikap terbuka, mau mendengarkan pendapat orang lain, dan selalu siap memberi jalan pemecahan terhadap setiap masalah yang timbul di kalangan para guru.

Majalah Forum Keadilan edisi 9 Januari 2O00 menyebutkan ia menjadi tenaga pengajar di sekolah menengah Mohammadiyah Cilacap, di mana ia juga aktif di organisasi Kepanduan Islam Hisbul Wathon (HW).

Sudah sejak belia keteguhan hati Soedirman terpancar.

Sualu malam di tengah dinginnya udara malam pegunungan Dieng, sekelompok pemuda Kepanduan Hisbul Wathon sedang berkemah.

Baca: Pilot TNI Untuk Pesawat F-16 Ternyata Dilarang Terbang Saat Pilek & Harus Kenakan Seragam Khusus ini

Baca: Film Battle of Surabaya tentang Perang Surabaya, Pas Ditonton di Momen Hari Pahlawan 10 November

Karena udara terlampau menusuk tulang, banyak rekan Soedirman yang meninggalkan perkemahan.

Tetapi sebagai pemimpin kepanduan, Soedirman bertahan sampai pagi.

Dari Guru ke Jenderal

Seperti yang Dikutip TribunJambi.com dari Intisari, karier militer Soedirman diawali ketika ia mengikuti latihan perwira tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.

Selesai mengikuti latihan, ia diangkat menjadi Daidancho (Komandan Daidan, setara batalyon) di Banyumas.

Beberapa bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, pasukan Inggris mendarat di Indonesia atas nama Sekutu.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved