Aksi Nekat Kopassus, Kopaska dan Marinir, Kejar Perompak sampai Batas Pantai, Lalu 'Habisi'

Satu pesawat diterbangkan dari Halim membawa Pasukan Khusus Anti Teroris. Ke mana pun DC-9 Garuda diterbangkan, selalu dikejar.

Editor: Duanto AS
Aksi Kopassus saat membebaskan sandera dari pesawat Woyla yang dibajak teroris. (kolase kompas.com) 

TRIBUNJAMBI.COM - Dor, dor, dor.... Suara tembakan terdengar beberapa kali. Hanya dalam hitungan menit, Pasukan Khusus Anti Teroris Indonesia telah menguasai DC-9 Garuda Woyla di Bangkok, Muangthai.

Setelah Pasukan Khusus Anti Teroris Indonesia tanpa kompromi menyerbu masuk kabin pesawat, para sandera bisa dibebaskan.

Pasukan khusus itu menembak langsung para pembajak pesawat.

Berdasarkan catatan kompas, ada beberapa kali penyanderaan yang bisa digagalkan pasukan khusus TNI, Kopassus, Marinir dan Kopaska. Berikut ini di antaranya:

Woyla 1981

Sebelumnya, pesawat GA-206 DC-9 itu dibajak saat terbang dari Palembang menuju Medan.

Pembajak sempat meminta otoritas bandara Malaysia untuk mengisi bahan bakar di Malaysia sebelum akhirnya diterbangkan ke Bangkok.

Baca: Lakukan Pendaratan Pesawat Tanpa Cahaya, Kisah RPKAD Harus Terima Kenyataan Pahit

Baca: Navy Seal Sampai Berguru ke Kopaska Pelajari Teknik Tempur Gunakan Senjata Mematikan Saat di Hutan

Baca: Senjata Pasukan Interfet Mengarah ke Pangkoopsau, 80 Orang Paskhas Langsung Siap Granat

Pembajakan atas pesawat DC-9 Garuda Woyla itu ditumpas oleh Pasukan Khusus Indonesia pada hari Selasa (31/3/1981) pukul 02.36.

Tidak sembarang pasukan yang berangkat. Bahkan, Asisten Intelijen Departemen Hankam Letnan Jenderal TNI LB Moerdani terbang ke Bangkok untuk memimpin langsung operasi tersebut.

Kehadiran LB Moerdani di Bangkok mengirimkan sinyal terhadap siapa pun untuk tidak main-main dengan Indonesia.

Muangthai tentu sempat reaktif dengan kehadiran Benny. Namun, ketika DC-9 Woyla dibawa lari ke Bangkok tentu saja hal itu menjadi kepentingan Indonesia.

Dari Senayan, Kompas, Selasa, 31 Maret 1981, mengutip pernyataan anggota DPR dari Fraksi Persatuan Pembangunan, HM Amin Iskandar. Kata Amin, terorisme dengan dasar dan dalih apa pun juga tidak dapat dibenarkan dan harus dikecam.

Operasi Woyla oleh Kopassus
Operasi Woyla oleh Kopassus ()

"Kejadian ini bukan hanya memprihatinkan, melainkan juga membuat kita marah," kata Amin.

Ketua Fraksi PDI Hardjantho Sumodisastro setuju jika pemerintah bertindak tegas terhadap pembajak. Dia berpendapat jika pemerintah tidak tegas, kejadian serupa akan terulang.

Namun, pemerintah diminta memperhatikan keselamatan penumpang DC-9 Garuda itu sebelum kemudian menumpas habis teroris hingga ke akar-akarnya. Sikap pemerintah saat itu kemudian sangat tegas.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved