Anggota Kopassus Merayap 4,5 Km Lewati Sarang Kobra, Hendro Duel di Dalam Gubuk Terbakar
Perjalanan merayap 4,5 Km itu membuat adrenalin tinggi. Karena selama perjalanan itu, banyak menemukan hal mengejutkan.
TRIBUNJAMBI.COM - Keberanian prajurit Kopassus dalam membela dan mengamankan NKRI tak perlu diragukan lagi. Prajurit mempersembahkan jiwa dan raga untuk Tanah Air.
Seperti kisah berikut ini, saat seorang prajurit harus saling bunuh dengan gerilyawan Kalimantan.
Dilansir TribunJambi.com dari Intisari, buku berjudul Operasi Sandi Yudha, ditulis Jenderal Purn AM Hendropriyono, memuat kisah hebat prajurit TNI. Buku berjudul Menumpas Gerakan Klandestin, diterbitkan Penerbit Buku Kompas pada 2013.
Buku itu mengisahkan operasi militer pasukan elite Puspassus (cikal bakal Kopassus) melawan gerombolan Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku), pada 1968-1974.
Satu di antara yang menarik yaitu upaya penangkapan petinggi PGRS/Paraku dengan jabatan Sekretaris Wilayah III Mempawah Siauw Ah San.
Baca: Raja Intelijen Kopassus yang Mampu Kalahkan Pasukan SAS Inggris ini Berakhir Ditangan Soeharto
Baca: Peluru Sniper Musuh Incar Kepala Anggota Kopassus, Kompi C Diserang Musuh Terlatih di Saparua
Baca: Teroris Tewas Bersandar di Pundak Pramugari, Benny Siapkan 17 Peti Mati, Kopassus Berhasil
Tim Halilintar pimpinan Kapten Hendropriyono mendapatkan informasi tentang Ah San dari Tee Siat Moy, istrinya yang berkhianat.
Siat Moy mau membantu TNI dengan syarat Ah San tak dibunuh.
Maka Hendropriyono memimpin 11 prajurit Halilintar Prayudha Kopasandha (kini Kopassus) untuk meringkus Ah San hidup-hidup.

Mereka tidak membawa senjata api, hanya pisau komando sebagai senjata.
Hanya Hendro yang membawa pistol untuk berjaga-jaga.
Setiap personel dilengkapi dengan handy talky (HT).
Temukan Sarang Kobra
Pada 3 Desember 1973 pukul 16.00, tim mulai merayap ke sasaran yang jauhnya sekira 4,5 Km, melewati hutan rimba yang lebat.
Kecepatan merayap pun ditentukan.
Kode hijau artinya merayap 10 meter per menit, kode kuning berarti lima meter per menit. Dan kode merah artinya berhenti merayap.
Ditargetkan, mereka bisa sampai di titik terakhir pukul 22.00, lalu melakukan operasi penyerbuan di gubuk Ah San pukul 04.00, keesokan harinya.