Kisah Bocah Kelas 6 SD Selamatkan Dua Adikanya ke Vatutela, Saat Gempa dan Tsunami Mengguncang Palu

Sehari pasca gempa, Syatif sempat kembali ke rumahnya yang rusak. Namun, di sana, dia tidak menemukan orangtuanya.

Editor: Deni Satria Budi
(KOMPAS.com/Hendra Cipto)
Ratusan anak-anak korban bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah ditampung di kompleks SD dan TK Panrita, Jalan Bukit Baruga, Kota Makassar. 

TRIBUNJAMBI.COM, MAKASSAR - Abu Syatif Ayusman (12), bocah laki-laki yang selamat dari gempa dan tsunami yang mengguncang Palu, Jumat (28/9) lalu, kini bersama dua orang adikanya berada di tempat penampungan di Makassar.

Pada saat gempa magnitudo 7,4 mengguncang daerahnya, Abu Syatif bisa menyelamatkan dua adiknya yakni Nadia Farah Rabbani (11) dan adik bungsu lelakinya, Asep Mustakim (5).

Bocah yang duduk di kelas 6 SD ini menceritakan kisahnya, saat gempa dan tsunami terjadi. Kesedihan jelas terlihat dari wajahnya. Saat menceritakan tentang apa yang dialaminya saat gempa mengguncang daerahnya, Abu Syatif tampak menahan air matanya.

Baca: Bertahan Hidup di Reruntuhan Hotel, Fitri Korban Gempa Palu Tak Makan Minum Selama 3 Hari

Sebelum kejadian, ia dan kedua adiknya sedang bermain di luar rumah. Sedangkan ibunya, di rumahnya di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).

Sedangkan sang ayah, sebagai pengusaha masih bekerja di luar rumah. Saat gempa bumi mengguncang, Yusman dan dua adiknya hendak pulang ke rumah. Orang-orang yang berpapasan di jalan, kata Abu Syatif, memintanya ikut menyelamatkan diri ke tempat tinggi.

Ia lalu membawa kedua adiknya ikut menumpangi mobil bak terbuka ke perbukitan yang dikenal dengan nama Vatutela.

Baca: VIDEO: Doa Bersama Gempa Palu-Donggala di Halaman Kantor Tribun Jambi

“Saya rasa goyang keras sekali, rumah-rumah retak dan ada yang hancur. Orang-orang lari semua, mereka bilang air naik. Jadi saya ikut numpang di mobil bak terbuka ke bukit," kisah Abu Syatif, dengan nada suara yang kecil.

"Kami di sana sama banyak orang. Satu hari tidak makan, cuma dapat minum dikasi orang,” sebut Abu Syatif, yang berbaur dengan anak-anak lain yang senasib dengannya.

Sehari pasca gempa, Syatif sempat kembali ke rumahnya yang rusak. Namun, di sana, dia tidak menemukan orangtuanya. Ia bahkan tidak mengetahui siapa nama mereka karena sejak kecil, terbiasa memanggil dengan sebutan Ayah dan Ibu Bat.

Suasana di kawasan Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, setelah terjangan gempa dan tsunami, Sabtu (29/9/2018).
Suasana di kawasan Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, setelah terjangan gempa dan tsunami, Sabtu (29/9/2018). (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Karena tidak menemukan orangtuanya, Syatif kembali ke tempat pengungsian sementara di perbukitan Vatutela. Dia dan kedua adiknya pun ikut pengungsi lainya ke Bandara Mutiara Al Jufri, dengan menumpangi mobil.

Di bandara Kota Palu, Syatif dan kedua adiknya bersama pengungsi lainnya menunggu dua hari hingga akhirnya berhasil dibawa menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU.

“Setelah tiba di Makassar, kami di sini diberi makanan, minuman, dan pakaian. Kami sehat di sini. Saya harap kedua orangtua kami selamat dan bisa kembali bertemu,” tutur Syatif.

Baca: Ribuan Jenazah Gempa Sulteng Dimakamkan Massal Seluas 1000 Meter Persegi, Begini Penampakannya

Sejak gempa, ia terpisah dari orangtuanya. Sejak saat itu, keberadaan orangtuanya tidak diketahui. Tetapi, kedua adiknya berhasil ia selamatkan.

“Saya dan kedua adikku ada di Makassar, setelah bertemu dengan tante di bandara Kota Palu. Ayah sama ibu belum tahu kabarnya di mana. Mudah-mudahan orangtua kami selamat dan bisa berkumpul kembali,” bilang Syatif, terbata-bata.

Baca: Aksi Heroik Anthonius Tuntun Pesawat Batik Air dari Gempa Palu, Dibayar dengan Kehilangan Nyawa

Kini Abu Syatif dan kedua adiknya bersama 86 anak korban bencana Sulteng ini, berada di tempat pengungsiannya di kompleks SD dan TK Panrita milik yayasan Akar Panrita Makassar.

Mereka berada di Kota Makassar, setelah menumpangi pesawat Hercules milik TNI AU yang digunakan mengangkut pengungsi dari Kota Palu ke Kota Makassar sejak Senin (1/10). (*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved