4 Taktik Soeharto Mengakhiri G 30S PKI, Dilakukan Tenang Tegas dan Bertahap

Untuk memberikan pukulan maut kepada komplotan “G-30-S" Pak Harto kemudian melancarkan tahapan keempat.

Editor: Duanto AS
Soeharto saat peristiwa G 30S PKI. (pijardaritimur) 

TRIBUNJAMBI.COM - Pada 1 Oktober 1965, sekira jam 04.30, Panglima Daerah Militer V/Jayakarta, Mayor Jenderal Umar Wirahadikusuma, dibangunkan telepon dari ajudan Menko Hankam/Kasabm Jenderal Nasution, Inspektur Polisi Hamdan.

Menurut laporannya, suatu gerombolan bersenjata telah menyerbu rumah Pak Nas, menembak-nembak sehingga putrinya luka-luka berat dan kemudian menculik Lettu Pierre Tendean, ajudan yang lain, Pak Nas sendiri hilang.

Kemudian Jenderal Umar mulai menerima laporan-laporan yang lain: Jenderal Yani, Harjono MT dan Pandjaitan ditembak lalu dibawa pergi oleh gerombolan bersendjata; Jenderal S. Parman, Suprapto dan Sutoyo Siswomiharjo telah diculik dari rumah masing-masing.

Komplotan kontra revolusioner “G-30-S" telah mencengkramkan kukunya ke dalam tubuh Bangsa Indonesia. Darah Pahlawan-pahlawan Revolusi telah mengalir untuk menebus kebebasan Rakyat dari teror yang meningkat.

Hantu-hantu di Lubang Buaya

Dua jam sebelum Jenderal Umar menerima laporan-laporan itu, di Lubang Buaya (eks) Lettu Dul Arief dari Yon I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa mulai menyiapkan gerombolan bersenjata.

Gerombolan itu berintikan unsur-unsur dari Yon I Cakrabirawa sendiri dengan unsur-unsur bantuan dari Brigade I Infanteri/Jayakarta, Yon 454 Para/Diponegoro, Yon Para/Brawijaya, PGT/AURI dan “sukarelawan" Pemuda Rakyat.

Soeharto saat Peristiwa G30S/PKI
Soeharto saat Peristiwa G30S/PKI (pijardaritimur)

Pada jam 02.30 (eks) Lettu Dul Arief memberikan briefing terakhir kepada komandan-komandak kelompok dan di sekitar jam 03.00 — 03.30, mereka berangkat menuju ke kota.

Dalam waktu yang hampir bersamaan pula mereka melaksanakan tugas khianatnya.

Di rumah Jenderal Yani, mereka melucuti pengawal yang sama sekali tidak menaruh kecurigaan karena yang mendatangi mereka adalah anggota Resimen Cakrabirawa, lalu terus memasuki rumah.

Baca: Hasil Visum 7 Jenderal Korban Kekejaman G 30S PKI, Bertentangan dengan yang Ada di Film

Kepada anak Pak Yani yang kebetulan sedang terbangun mereka minta untuk memberitahukan ayahnya bahwa beliau dipanggil Presiden.

Pak Yani bangun, menemuui mereka dan setelah mendengar pesan mereka, hendak masuk lagi untuk mandi.

Hal itu tidak mereka setujui dan langsung dilepaskan tembakan sehingga beliau jatuh berlumuran darah.

Dengan serta-merta mereka menyeret Pak Yani dengan kepala di bawah menuju ke jalanan lalu mereka bawa pergi.

Di rumah Jenderal Suprapto, Deputi II Men/Pangad, tidak ada pengawalnya. Di sana pun para penculik memakai dalih bahwa korban mereka dipanggil oleh Presiden.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved