4 Taktik Soeharto Mengakhiri G 30S PKI, Dilakukan Tenang Tegas dan Bertahap

Untuk memberikan pukulan maut kepada komplotan “G-30-S" Pak Harto kemudian melancarkan tahapan keempat.

Editor: Duanto AS
Soeharto saat peristiwa G 30S PKI. (pijardaritimur) 

Keistimewaan penculikan Pak Parman ialah, bahwa beliau adalah satu-satunya korban yang tiba dalam keadaan hidup di Lubang Buaya dengan berpakaian lengkap.

Pejabat yang berikut adalah Jenderal D.I. Pandjaitan, Asisten IV Men/Pangad. Di sana para durjana itu langsung memakai kekerasan, dan membunuh seorang keponakan Pak Pandjaitan dan melukai seorang lagi.

Kemudian mereka menembaki bagian atas rumah yang bertingkat dua itu dan mengancam akan menghabisi seluruh keluarga Pak Pandjaitan jika beliau tidak mau turun dan tetap hendak mengadakan perlawanan.

Melihat cara-cara kekerasan yang dipakai oleh gerombolan, Ibu Pandjaitan meminta kepada Pak Pandjaitan untuk tidak melawan, dengan pengharapan bahwa suami beliau hanya ditahan.

Pak Pandjaitan menuruti permintaan istri beliau, dan turun ke bawah setelah mengenakan pakaian lengkap dengan tanda pangkat dan satyalencana-satyalencana.

Setiba di bawah, beliau langsung dipukul dengan senjata sehingga jatuh ke tanah lalu diberondong oleh dua orang sehingga benak beliau berceceran di sekitarnya.

Baca: Hasil Visum 7 Jenderal Korban Kekejaman G 30S PKI, Bertentangan dengan yang Ada di Film

Kemudian mereka melempar jenazah itu keluar pagar lalu melontarkannya ke atas truk dan kemudian kembali ke Lubang Buaya.

Sungguh suatu aib yang tiada taranya, bagi ABRI: seorang perwira tinggi dalam uniform lengkap dibunuh secara yang sedemikian keji.

Perwira tinggi berikutnya adalah Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Oditur Jenderal Angkatan Darat.

Juga beliau diseret pergi dalam pakaian tidurnya tanpa diberi kesempatan berpamitan dengan Ibu Sutoyo yang ketika itu sedang sakit.

Sebelum pergi anggota gerombolan itu masih sempat menghancurkan barang-barang pecah-belah yang mereka temui di dalam rumah.

Calon korban yang tertinggi pangkatnya, adalah Jendral Dr. A.H. Nasution. Menko Hankam/Kasab.

Berkat lindungan Allah subhanahu wa ta'ala beliau dapat menghindarkan diri. Tetapi para durjana itu masih sempat menembak anak bungsu beliau Adik Irma Suryani sehingga luka-luka berat dan beberapa hari kemudian meninggal.

Seorang di antara ajudan-ajudan beliau yang tanpa kecurigaan apa-apa keluar menemui mereka, mereka culik dan mereka bawa ke Lubang Buaya.

Dalam pada itu, sebelum mereka sampai ke rumah Pak Nas, dan melucuti pengawal beliau yang tidak menaruh kecurigaan, mereka telah mencoba pula melucuti pengawal Pak Leimena yang tinggalnya hanya dipisahkan satu rumah.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved