Sejarah Indonesia
Saat Pendekar dengan Ilmu Gaib Bekingi Kopassus di Misi Pembebasan Sandera di Desa Mapenduma
Perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menjalani beberapa operasi, terkadang mendapat bantuan rakyat sipil
TRIBUNJAMBI.COM - Perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menjalani beberapa operasi, terkadang mendapat bantuan rakyat sipil.
Maka, semboyan 'Bersama Rakyat TNI Kuat', itu pesan yang tepat untuk menjaga dan mengamankan NKRI.
TribunJambi.com mengutip dari penulis bernama Ian Douglas Wilson, yang merupakan pengajar di Murdoch University, yang menulis tentang pasukan khusus itu.
Kala itu, sebuah operasi yang dilakukan di Desa Mapenduma, Kecamatan Tiom, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Misi penyelamatan sandera dilakukan TNI baret hijau dan pasukan khususnya yang berbaret merah, yaitu Kopassus.
Siapa sangka, di antara sepasukan berbaret hijau dan pasukan khusus berbaret merah itu, terdapat tiga orang sipil menjadi ujung tombak operasi pembebasan sandera di Desa Mapenduma.
Mereka, H Tubagus Zaini, Tubagus Yuhyi Andawi dan Sayid Ubaydillah Al-Mahdaly merupakan jawara asal Banten.

Baca: 7 Jenderal Diculik, Jadi di Manakah Soeharto saat Malam Mencekam G 30S PKI
Baca: Daud Divonis Satu Tahun, Wajdi: Keputusan Tadi Cukup Adil
Baca: Hasil Akhir Capaian Medali Asian Games 2018, Selain Indonesia 4 Negara Ini Juga Pecahkan Rekor
Ketiga jawara pemilik ilmu adikodrati tersebut, dianggap berguna untuk menghalau serangan ilmu hitam pihak musuh.
“Waktu itu kami diminta membantu. Tugas kami memberikan perlindungan spiritual para anggota pasukan. Termasuk menangkal illmu gaib yang mungkin dipakai para penyandera,” ungkap Sayid Ubaydillah, seturut dikutip Kompas, 9 November 1998.
TNI, termasuk Kopassus, kala itu memang kesulitan menerabas lokasi penculikan di rimba belantara Mapenduma. Itu lantaran tak memiliki peta daerah.

Selain menghalau ilmu gaib musuh, tiga pendekar tersebut dianggap perlu terlibat operasi pembebasan sandera penuh bahaya, karena memiliki ilmu kanuragan.
Jawara itu dapat melihat, mengendus dan meraba bahaya tanpa pancaindera sanggup melakukannya.
Pencak silat
Saat Operasi Timor-Timur pada 1988-1989, Douglas Wilson mengatakan Kopassus telah aktif memperkenalkan SMI kepada para pemuda lokal.
Seorang instruktur senior SMI bercerita pernah ada pelatihan anggota SMI di Timor-Timur.