Saat Kondom Juga Dibutuhkan Kopaska Selain Senjata Api Saat Jalani Operasi Trikora Lawan Belanda

Ada cerita perjuangan pasukan elite Indonesia yang rela bertaruh nyawa demi mengamankan daerah teritorialnya dari tangan Belanda

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Tribunnews.com
Pasukan elite Kopaska yang terkenal dengan sebutan Hantu Laut 

TRIBUNJAMBI.COM - Ada cerita perjuangan pasukan elite Indonesia yang rela bertaruh nyawa demi mengamankan daerah teritorialnya dari tangan Belanda.

Hal itu terjadi Pada 1962, ketika pemerintah RI melancarkan operasi militer bersandi Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat (Papua) dari tangan Belanda, semua kekuatan militer yang dimiliki oleh Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI/TNI) dikerahkan.

Pasukan khusus seperti Komando Pasukan Gerak Tjepat AURI, RPKAD (TNI AD), dan Kopaska (TNI AL) juga dikerahkan untuk melakukan misi penyusupan, sabotase, intelijen, dan melancarkan perang secara gerilya.

Pasukan Kopaska meski menjadi ujung tombak dalam pertempuran di laut ternyata menjadi pasukan yang paling akhir dikirimkan ketika APRI akan melancarkan serangan besar-besaran melalui operasi militer bersandi Jayawijaya.

Baca: Mengenal Manusia Katak TNI AL yang Berani Mati Demi Jaga NKRI

Baca: Dituntut 13 Tahun Penjara Denda Rp 1 Miliar di PN Jambi, Terdakwa Kurir Narkoba Minta Keringanan

Kopaska
Kopaska (TribunJabar.com)

Pasukan Kopaska yang diberangkatkan dari Jakarta ke Surabaya melalui misi sangat rahasia kemudian menuju ke gudang senjata PAL (Penataran Angkatan Laut) untuk mengambil senjata dan bahan peledak serta peralatan khusus lainnya.

Tapi mereka terkejut karena hampir semua senjata telah digunakan oleh pasukan lain dan sukarelawan demi melaksanakan operasi tempur Jayawijaya.

Pasukan Kopaska yang memiliki motto Tan Hana Wighna Tan Sirna (Tidak Ada Rintangan yang Tidak Dapat Diatasi) pun tetap memiliki semangat tempur tinggi meski hanya berbekal persenjataan yang tersisa.

Persenjataan itu antara lain senapan laras panjang yang hanya efektif untuk keperluan pertempuran jarak dekat seperti Madsen M-50 buatan Denmark.

Padahal idealnya personel Kopaska bersenjata senapan serbu AK-47 buatan Rusia mengingat demi mendukung Operasi Trikora, APRI telah membeli senapan AK-47 dalam jumlah besar.

Baca: Ketika Soekarno Belepotan Lumpur Karena Dua Anggota Kopaska yang Buat Markas TNI Bergetar

Baca: Kawanan Pencuri Modus Pecah Kaca Bawa Kabur Rp 500 Juta Ternyata Pernah Beraksi di Luar Negeri

Kopaska TNI AL
Kopaska TNI AL (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Semula personel Kopaska juga kesulitan menemukan alat pemicu bahan peledak di gudang PT PAL karena telah dibawa oleh pasukan lain.

Tapi beruntung mereka masih menemukan beberapa gulung kabel firecordyang merupakan kabel berisikan bahan peledak berkekuatan tinggi dan bisa difungsikan sebagai pemicu bahan peledak.

Namun, dalam misi tempurnya, pasukan Kopaska juga selalu dibekali kondom dalam jumlah banyak untuk kepentingan membungkus bahan peledak atau detonator yang akan digunakan untuk operasi bawah air (underwater demolition).

Saat itu kebetulan setiap personel Kopaska hanya mendapat pembagian kondom dalam jumlah terbatas.

Sehingga mereka sudah membayangkan misi peledakan bawah air akan mengalami kesulitan akibat kekurangan kondom itu.

Pada awal Agustus 1962 pasukan Kopaska sudah tiba di Teluk Peleng, Maluku dan bersama pasukan lainnya sudah siap melaksanakan operasi tempur habis-habisan (all out) melawan pasukan Belanda.

Baca: Kisah Prajurit Kopassus Tak Sengaja meng-KO Master Karate Jepang

Baca: Kehebatan Pisau Komando Spetsnaz Pasukan Elit Ruisa yang Tak Kalah Garang dengan Milik Kopassus

Kopaska TNI AL
Kopaska TNI AL ()
Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved