Ujian Keras dan Penuh Disiplin dari Seorang Komandan Kopassus ini Sering Buat Prajuritnya Kelabakan
Menjadi bagian pasukan khusus kebanggaan Indonesia ini merupakan satu kehormatan bagi setiap orang.
TRIBUNJAMBI.COM - Menjadi bagian pasukan khusus kebanggaan Indonesia ini merupakan satu kehormatan bagi setiap orang.
Namun siapa sangka, demi mendapat baret merah itu, ujian keras perlu dilalui.
Pada 1964 pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD)--sekarang kita mengenalnya sebagai Kopassus--pernah memiliki komandan yang dikenal sangat keras dan disiplin.
Baca: Kopassus Terkejut saat Terjun ke Gunung yang Santer Diisukan Ditempati oleh Suku Pemakan Manusia
Lebih dari itu, ia juga dikenal gemar menerapkan hidup sederhana. Kolonel Moeng Pahardimulyo, namanya.
Salah satu prinsip Kolonel Moeng yang sangat keras adalah setiap prajurit Kopassus, walau hanya bersenjata sebilah pisau komando, harus bisa memenangkan pertempuran serta survive ketika sedang berada di hutan selama berhari-hari.
Dalam soal survival Kolonel Moeng memang tidak hanya bisa memberikan perintah tapi langsung memberikan contoh nyata.
Suatu kali Kolonel Moeng melaksanakan inspeksi ke lokasi pendidikan siswa komando di Citatah, Bandung, Jawa Barat.
Dalam suatu latihan survival, siswa komando berhasil menangkap ular sanca yang setelah dikuliti ternyata terdapat sekitar 20 telur di dalam perutnya.
Telur sanca berbentuk untaian seperti batang rokok berderet memanjang itu masih terbungkus balutan lemak yang tebal.
Baca: Operasi Pembebasan Pembajakan Pesawat Woyla Nyaris Gagal, Untung Ada Perwira Kopassus Ini
Kolonel Moeng lalu mengambil sekitar 6 untaian telur sanca dan lemaknya lalu menelannya mentah-mentah dalam sekejap.
Semua siswa komando dan para instrukturnya hanya bisa terbelalak melihat ‘keganasan’ Kolonel Moeng saat menelan untaian telur sanca.
Namun para siswa dan pelatih hanya bisa menjawab, ‘Siap...!’ ketika diperintahkan untuk menelan telur-telur sanca yang masih terbalut lemak dengan cara seperti dilakukan oleh Kolonel Moeng.
Di lain waktu Kolonel Moeng bersama sopirnya pernah mengadakan perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya menggunakan kendaraan jip dinas dan melintasi jalanan yang rusak parah.

Dalam perjalanan selama 24 jam itu, Kolonel Moeng hanya berbekal satu veples air dan mereka hanya berhenti di pompa bensin TNI AD di Tegal dan Semarang, Jawa Tengah, serta Madiun, Jawa Timur.
Sopir Kolonel Moeng ternyata tidak membawa veples air sehingga sering mengalami kehausan.