Kamu Tak Akan Sanggup, Biar TNI Saja! Keras dan Brutalnya Pelatihan Prajurit Komando

Ada satu ciri khas dalam pendidikan komando yang diselenggarakan oleh pasukan TNI, yakni baik para pelatih maupun siswa

Editor: Suci Rahayu PK

TRIBUNJAMBI.COM - Ada satu ciri khas dalam pendidikan komando yang diselenggarakan oleh pasukan TNI, yakni baik para pelatih maupun siswa tidak mengenakan pangkat.

Tujuan para pelatih dan siswa pendidikan komando tidak menggunakan pangkat adalah semua siswa diperlakukan sama oleh para pelatih.

Dalam pendidikan komando TNI, kadang ada sejumlah perwira yang ikut sementara para pelatihnya adalah bintara-bintara senior yang secara hirarki kepangkatan berada di bawah perwira.

Jika tanda kepangkatan dipakai maka adalah tidak mungkin seorang bintara memberikan perintah kepada perwira.

Oleh karena itu khusus dalam pendidikan komando, pelatih dan siswa tidak menggunakan pangkat agar pelatihan berjalan normal tanpa terganggu oleh hirarki kepangkatan.

Maka yang terjadi dalam pendidikan komando adalah hal biasa jika seorang perwira dibentak-bentak oleh bintara pelatih.

Bahkan para perwira yang sedang mengikuti pendidikan komando juga harus rela ’’dihajar’’ oleh para bintara pelatih.

Pada prinsipnya pendidikan komando yang diselenggarakan oleh Kopassus, Paskhas, Marinir, dan lainnya adalah untuk mencetak prajurit elit yang mampu bertempur dalam segala medan.

Baca: Anggota DPRD Lima Puluh Kota Berfoto Pegang Dollar di Depan Kasino Singapura, Ini Komentar Ketua

Baca: Cium Kaki Ayah, Kisah Sedih Perjuangan Bripda Asrul Kuli Bangunan yang Kini Menjadi Polisi

Karena pendidikan komando TNI materinya adalah kemampuan bertempur yang tidak bisa dilakukan oleh pasukan reguler biasa, semuanya serba khusus, maka sistem pendidikannya pun sangat keras dan ‘’mengerikan’’.

Misalnya saja , prajurit siswa pendidikan komando yang sudah ditempa berbulan-bulan di hutan , hanya mengenal satu kata ‘’Komando...!’’ setiap bertemu orang. Baik orang sipil maupun militer.

Dalam kondisi apapun siswa komando harus berlari sambil membawa perlengkapan tempur lengkap dan hanya satu yang dipikirkan.

Yakni lulus dari pendidikan komando yang sangat keras serta brutal itu.

Bisa dikatakan brutal karena seorang siswa yang sebenarnya mengalami cedera dan berlari sambil terpincang-pincang tetap diijinkan mengikuti pendidikan selama dirinya masih merasa mampu.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved