Ada 15 Kasus Konflik Manusia-Satwa Liar, Ternyata Ini Penyebab dan Lokasinya
"Jika populasinya melewati batas standar, kami akan melapor ke kantor pusat. Akan ditindaklanjuti..."
Penulis: nisyah | Editor: Duanto AS
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Chairul Nisyah
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Dari hasil rekapitulasi data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi Jambi, ada 24 laporan konflik manusia dengan satwa liar selama 2017.
Laporan konflik itu di antaranya serangan Beruang madu sebanyak 12 laporan, Buaya muara sebanyak 5 laporan, harimau sebanyak 4 laporan, gajah 2 laporan dan Ular Sanca batik 1 laporan.
"Saat ini kami sedang mencoba mengecek populasi Buaya muara di alam bebas," kata Farid, Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Provinsi Jambi, Senin (19/2).
Serangan Buaya muara kerap masuk laporan kasus BKSDA Jambi, khususnya di daerah Tanjab timur dan Tanjab Barat.
"Jika populasinya melewati batas standar, kami akan melapor ke kantor pusat. Akan ditindaklanjuti sebagaimana aturannya nanti," ucap Farid.
Untuk meminimalisir konflik manusia dan satwa liar, BKSDA dibantu lembaga swadaya masyarakat Zoological Society of London (ZSL). Mereka, rutin memberikan sosialisasi dan memasang papan penanda peringatan. Selain itu, patroli di daerah-daerah rawan hewan liar.
ZSL merupakan organisasi konservasi internasional yang menangani masalah-masalah berkaitan satwa liar.
Faktor sering terjadinya konflik, antara manusia dan satwa liar, karena semakin sempitnya habitat satwa liar.
Untuk warga yang bekerja di dalam perkebunan, diharapkan waspada dalam bekerja.
Ada tiga wilayah kerja BKSDA. SKW 1 di Bangko, SKW 2 di Muara Bulian, dan SKW 3 di Muara Sabak.
Bagi masyarakat yang memiliki keluhan dengan satwa liar atau penjualan tubuh satwa liar, bisa langsung menghubungi call centre BKSDA Jambi di +62 823 7779 2384.
BACA Maia Ungkap Rahasia Besar Perceraian dengan Dhani Pada 3 Putranya
BACA Selamat Pagi, yang Populer Semalam, Nama Puncak Gunung Kerinci - Cewek Bercelana Pendek