Berita Internasioal
12.000 Nuklir di Dunia dan Beda Senjata Rusia Cina dan Amerika, Bandingkan Kekuatannya
Sekira 12.000 hulu ledak nuklir yang ada di dunia, didominasi oleh Ruaia, Cina dan Amerika Serikat
Sebagian besar merupakan senjata strategis jarak jauh, sementara sekitar 2.000 di antaranya bersifat non-strategis atau taktis, jenis senjata yang tidak diatur dalam perjanjian internasional mana pun.
Amerika Serikat dan Ledakan Bawah Tanah
Amerika Serikat, dengan 5.177 hulu ledak nuklir, terakhir melakukan uji coba penuh pada tahun 1992.
Namun, di bawah pemerintahan Trump, Pentagon telah memperkuat program readiness untuk memastikan AS bisa melakukan uji coba bawah tanah dalam 24-36 bulan sejak perintah presiden dikeluarkan.
Pemerintah AS bahkan telah menggelar "ledakan kimia bawah tanah" di Nevada bulan ini, untuk meningkatkan kemampuan deteksi terhadap uji coba berdaya ledak rendah di seluruh dunia.
Meski secara teknis bukan uji coba nuklir, aksi ini dipandang sebagai langkah simbolik bahwa Washington siap mengakhiri masa moratorium yang berlangsung lebih dari tiga dekade.
Sejumlah pengamat, termasuk William Alberque dari Forum Pasifik, menilai kebangkitan program nuklir AS bukan semata faktor militer, melainkan sinyal geopolitik.
"Nilai ilmiah dari pengujian baru sangat kecil, tetapi nilainya politis, memberi pesan bahwa AS tidak akan membiarkan Moskow dan Beijing unggul di medan deterensi," ujarnya.
Cina, Kekuatan Mengerikan Beijing
Berbeda dengan dua raksasa lama, Cina melangkah dengan strategi yang lebih tenang tapi pasti.
Uji coba terakhir di lokasi Lop Nur dilakukan pada 1996, namun sejak itu Beijing melakukan modernisasi besar-besaran terhadap kekuatan nuklirnya.
Menurut Pentagon, Cina kini memiliki sekitar 700 hulu ledak aktif, dan berpotensi melampaui 1.000 hulu ledak operasional pada tahun 2030.
Sebagian besar bisa diluncurkan dari darat, laut, maupun udara.
Pakar nuklir Hans Kristensen menyebut ekspansi Cina sebagai "lompatan generasi" menuju sistem senjata otomatis yang berkelanjutan.
"Jika tren ini berlanjut, Beijing akan menjadi kekuatan nuklir sejajar dengan Washington dan Moskow dalam dua dekade mendatang," katanya.
Perjanjian yang Retak dan Dunia di Persimpangan
Perjanjian New START antara AS dan Rusia, satu-satunya kesepakatan pengendalian senjata strategis yang masih berlaku, akan berakhir tahun depan.
Rusia bahkan telah menarik ratifikasinya dari Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) pada 2023, sementara AS belum pernah meratifikasi perjanjian itu sejak 1996.
| Remaja 16 Tahun Serang Sekolah di Brasil, 1 Siswa Tewas dan 3 Luka-Luka |
|
|---|
| Polisi India Telat Datang 3 Jam, Pengusaha Kepalang Tewas Tertembak, Saudara Korban Marah |
|
|---|
| Bandara Arbil Diserang Drone, Irak Terjebak dalam Konflik Bayangan Timur Tengah |
|
|---|
| Trump Ancam Serang Iran Jika Program Nuklir Diaktifkan Lagi |
|
|---|
| AS Perketat Keamanan Usai Serangan ke Iran, Tempat Ibadah dan Fasilitas Publik Diperketat |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/bom-nuklir-tsar-bomba.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.