Pembunuhan di Bungo

Terungkap Cara dan Tujuan Bripda Waldi Pindahkan Motor-Mobil Usai Bunuh Dosen Wanita di Bungo Jambi

Upaya licik Bripda Waldi (W) (22), oknum polisi anggota Propam Polres Tebo, tidak berhenti pada pembunuhan dan penyamaran menggunakan wig. 

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Capture Kompas TV/Ist/ kolase Tribun Jambi
Kapolres Bungo, AKBP Natalena dan oknum polisi Waldi pembunuh dosen wanita di Bungo Jambi 

Tujuannya untuk menghindari kecurigaan, seolah-olah hanya satu orang yang terlibat dalam aktivitas normal.

Petunjuk Motor: Motor PCX korban ditemukan di parkiran RS Hanafi Bungo

Hal itu diduga ditinggalkan pelaku di sana sebagai bagian dari upaya menghilangkan jejak barang curian.

"Menurut kronologis kejadian berdasarkan keterangan dari tersangka, jadi mengambilnya mobil dulu kemudian motor. Jadi secara bertahap dengan menggunakan rambut palsu tadi," ungkap AKBP Natalena.

Peristiwa Sebelum Kejadian

Berdasarkan interogasi awal, aksi keji ini diduga tidak diniatkan sejak awal. 

Pelaku dan korban bahkan sempat makan bersama di Kota Bungo, sebelum keduanya memasuki rumah korban sekitar pukul 23.30 malam.

Komunikasi terakhir yang didapatkan penyidik adalah balasan pesan dari handphone korban kepada temannya pada pagi hari, yang diduga kuat sudah dijawab oleh Waldi setelah korban tewas.

Ini menunjukkan Waldi secara aktif berusaha menutupi kematian korban dari lingkungan luar.

Ancaman PTDH dan Hukum Tanpa Pandang Bulu

Terkait status pelaku sebagai anggota Polri, Kapolres Bungo menegaskan bahwa Waldi akan dikenakan dua lapis hukuman sekaligus:

Hukum Pidana Umum: Untuk tindak pidana pembunuhan dan pencurian dengan kekerasan.

Kode Etik Kepolisian: Yang kemungkinan besar akan berujung pada Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH).

"Pak Kapolda Jambi pun sudah mewanti-wanti tidak ada di sini ketidaktransparan... kita harus menegakkan hukum tanpa pandang bulu ataupun pilih kasih," tutupnya, menjamin proses hukum yang terbuka.

Kronologi Penemuan Jenazah

Penemuan jenazah EY bermula dari kekhawatiran rekan-rekannya di IAK SS Muaro Bungo.

Selama dua hari korban tidak hadir mengajar dan tidak merespons panggilan telepon.

Rekan korban kemudian mendatangi rumahnya, namun rumah dalam keadaan terkunci.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved