Berita Viral

Nasib Pratu Risal Kini Ditahan Usai Ajak Istri TNI Hilda Pricillya Main di Hotel, Karirnya Terancam

asus ini tidak hanya mencoreng nama baik institusi TNI, tetapi juga memicu diskusi luas di masyarakat mengenai etika dan moralitas

Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Tommy Kurniawan
ist
Nasib Pratu Risal Kini Ditahan Usai Ajak Istri TNI Hilda Pricillya Main di Hotel, Karirnya Terancam 

TRIBUNJAMBI.COM - Kejadian skandal perselingkuhan antara istri TNI, Hilda Pricillya dengan Pratu Risal belakangan jadi sorotan.

Usai kepergok suami sendiri, Hilda Pricillya hanya bisa menahan malu.

Tak itu saja, Hilda Pricillya juga akan mendapatkan hukuman atas perbuatannya.

Ya, hukuman bagi para pelaku perselingkuhan yang melibatkan sesama anggota TNI akhirnya muncul.

Sementara itu, Komandan Detasemen Polisi Militer (Denpom) XIV/3 Kendari, Letkol CPM Haryadi Budaya Pela, membenarkan bahwa pihaknya tengah melakukan penyelidikan atas dugaan perselingkuhan dan tindak pidana asusila (KBT).

Kini Pratu RH telah ditahan untuk menjalani proses penyidikan lebih lanjut, Rabu (8/10/2025).

Baca juga: Perkara Suara Ayam, Daniel Tampubolon Tikam Dua Tetangganya, Korban Rupanya Bapak dan Anak

Baca juga: Sosok Pemeran Wanita di Kamar Hotel Berdurasi 5 Menit, Faktanya Bukan Hilda Pricillya Istri TNI

Baca juga: Detik-detik Ari Lasso Bentak Dearly Djoshua Berkali-kali Viral, Wajah Sabar Sang Kekasih Disorot

Letkol Haryadi juga menegaskan bahwa informasi yang beredar di publik masih dalam tahap pendalaman dan belum dapat dikonfirmasi sepenuhnya.

Pihak Denpom berkomitmen untuk menyelesaikan kasus ini sesuai prosedur hukum militer yang berlaku.

Kasus ini tidak hanya mencoreng nama baik institusi TNI, tetapi juga memicu diskusi luas di masyarakat mengenai etika dan moralitas di lingkungan militer.

Banyak pihak menyoroti pentingnya pembinaan mental dan spiritual bagi anggota TNI dan keluarganya agar kejadian serupa tidak terulang.

Media sosial menjadi ruang utama penyebaran informasi dan opini publik, dengan berbagai narasi yang berkembang seputar skandal ini.

Beberapa pihak menyerukan agar proses hukum dilakukan secara transparan dan adil, sementara yang lain menyoroti perlunya perlindungan terhadap keluarga prajurit dari pengaruh negatif lingkungan.

Skandal perselingkuhan antara Hilda Pricillya dan Pratu Risal H menjadi pelajaran penting bagi institusi militer dan masyarakat luas.

Di tengah tuntutan profesionalisme dan integritas, kasus ini menunjukkan bahwa pengawasan internal dan pembinaan karakter tetap menjadi aspek krusial dalam menjaga kehormatan dan stabilitas keluarga prajurit.

Siasat licik Ibu Persit

Modus yang digunakan HP untuk menyembunyikan perselingkuhannya cukup licik.

Ia berpura-pura meminta izin kepada suaminya untuk pergi ke pasar, namun justru menuju hotel tempat Pratu RH telah menunggu.

Kecurigaan Serka MFB terhadap istrinya muncul karena perubahan sikap HP yang mulai menjauh dan menghindar.

Pada 21 September 2025, Serka MFB memeriksa ponsel istrinya, HP, saat sedang mandi.

Ia menemukan nomor asing yang ternyata milik Pratu RH.

Setelah konfrontasi dengan istrinya dan laporan kepada komandan pleton, kasus ini akhirnya diteruskan ke perwira intelijen batalyon dan kemudian ke komandan batalyon untuk dilakukan pendalaman dan pemeriksaan.

Kasus dugaan perselingkuhan yang melibatkan oknum anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali mencuat dan menjadi sorotan luas di media sosial.

Kali ini, skandal tersebut menyeret nama seorang ibu Persit bernama Hilda Pricillya, istri dari Serka Muh Farid Batjo (MFB), dan Pratu Risal H (RH), yang diketahui merupakan junior dari sang suami di satuan tugasnya.

Peristiwa ini disebut terjadi di wilayah Sulawesi Tenggara dan telah menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat, termasuk dari lingkungan militer.

Unggahan-unggahan terkait dugaan hubungan terlarang itu ramai beredar di media sosial, memicu diskusi hangat di kalangan warganet.

Kronologi Awal Mula Dugaan Hubungan Terlarang

Hubungan antara Hilda alias HP dan Pratu RH diduga bermula dari kegiatan gabungan antara prajurit TNI dan anggota Persit, khususnya dalam tim penari yang dibentuk untuk persiapan serah terima jabatan (sertijab) komandan batalyon.

Kedekatan mereka semakin intens setelah saling berinteraksi di media sosial, dimulai dari komentar di InstaStory hingga bertukar nomor WhatsApp.

Komunikasi yang semakin intens tersebut berujung pada pertemuan di sebuah hotel di Kelurahan Baruga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, hubungan layaknya suami istri antara RH dan HP terjadi sebanyak tiga kali dalam satu pertemuan, dan berlangsung hampir setiap hari Minggu sejak Juli hingga September 2025.

Karir Pratu RH kini di ujung tanduk

Dalam struktur militer Tentara Nasional Indonesia (TNI), terdapat perbedaan mendasar antara jabatan Pratu (Prajurit Satu) dan Serka (Sersan Kepala), yang mencerminkan perbedaan tingkat kepangkatan, tanggung jawab, serta pengalaman dinas.

Pratu termasuk dalam golongan Tamtama, yakni golongan pangkat paling rendah di TNI, dan umumnya baru memiliki masa dinas 1–2 tahun setelah lulus pendidikan dasar militer.

Tugas seorang Pratu bersifat pelaksana murni, yakni menjalankan perintah dari atasan tanpa memiliki tanggung jawab kepemimpinan atau komando.

Dalam pelaksanaan tugas, Pratu biasanya menjadi anggota dalam satu regu dan masih dalam tahap pembinaan serta pengembangan keterampilan dasar militer.

Sebaliknya, Serka adalah bagian dari golongan Bintara, yang memiliki posisi lebih tinggi dibanding Tamtama.

Bintara bertugas sebagai penghubung antara Perwira dan Tamtama, dan Serka merupakan salah satu pangkat senior dalam golongan ini.

Seorang Serka biasanya telah menjalani masa dinas yang cukup panjang, sekitar 10 tahun atau lebih, dan telah melewati berbagai jenjang kepangkatan sebelumnya, seperti Sersan Dua (Serda) dan Sersan Satu (Sertu).

Dalam tugasnya, Serka memiliki wewenang kepemimpinan terbatas, seperti menjadi Komandan Regu (Danru), Wakil Komandan Peleton, atau instruktur dalam kegiatan pelatihan.

Mereka juga bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan prajurit berpangkat lebih rendah, khususnya Tamtama.

Secara kualifikasi, Pratu hanya memerlukan pendidikan dasar militer, sementara Serka harus melalui pendidikan pengembangan Bintara serta seringkali memiliki keahlian teknis atau spesialisasi tertentu.

Dari sisi jabatan struktural, Pratu belum memiliki jabatan tetap dan hanya bertindak sebagai pelaksana, sedangkan Serka dapat menduduki berbagai jabatan fungsional yang memerlukan pengalaman dan kepemimpinan.

Gaji dan tunjangan seorang Serka juga lebih tinggi dibandingkan Pratu, sebanding dengan tanggung jawab dan masa dinas yang lebih lama.

Jika dianalogikan dalam dunia sipil, Pratu mirip dengan staf junior atau pegawai baru, sementara Serka lebih menyerupai supervisor atau manajer lapangan tingkat bawah yang telah matang secara pengalaman dan memiliki otoritas dalam satuan kecil.

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved