Berita Viral
Tampang Hacker Bjorka yang Ditangkap di Minahasa dan Diragukan Keasliannya
Sosok di balik nama Bjorka, hacker yang sempat menggemparkan Indonesia karena membobol data-data vital negara akhirnya menemui titik terang.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM - Teka-teki Sosok di balik nama Bjorka, hacker yang sempat menggemparkan Indonesia karena membobol data-data vital negara akhirnya menemui titik terang.
Kepolisian mengklaim telah menangkap seorang pemuda berinisial Wahyu alias WFT (22), pemilik akun X (@bjorkanesiaaa), di Minahasa, Sulawesi Utara.
Namun, penangkapan hacker yang hanya lulusan SMK ini justru menimbulkan keraguan besar: Apakah WFT benar-benar hacker Bjorka yang dicari atau hanya peniru?
WFT, yang diduga terlibat dalam pembobolan 4,9 juta data nasabah salah satu bank swasta, ditangkap oleh Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya di rumah kekasihnya, MGM, di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, pada Selasa (23/9/2025).
Berbeda dengan citra Bjorka yang misterius dan menggunakan topeng, rekaman video berdurasi 25 detik yang diterima media memperlihatkan tampang asli WFT saat diinterogasi.
Ia tampak tegang, mengenakan kaus hitam lengan pendek dan celana pendek, sambil menggesek-gesekkan kedua tangannya karena gugup.
Saat penangkapan, WFT duduk bersama kekasihnya, MGM, dan seorang perempuan lain yang tampak kebingungan melihat tim Subdit IV Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya melakukan pemeriksaan dan memintanya menunjuk sebuah ponsel.
Dalam pemeriksaan awal, WFT mengaku baru membobol 4,9 juta data nasabah bank dengan niat untuk memeras.
• Kondisi Rumah Bjorka Sang Hacker, Tidur beralas Kain Padahal Raup Ribuan Dolar Setiap Bobol System
• Tokoh Adat Kutuk Keras KKB Papua : TPNPB-OPM Membunuh Anak Sendiri
Baca juga: Geger Wanita Simpanan Pejabat Majalengka: Hubungan Gelap Berawal dari DM THR
Namun, aksi pemerasan tersebut belum sempat terlaksana karena pihak bank lebih dulu melaporkan kasus ini ke polisi.
Bukan Ahli IT, Hanya Lulusan SMK Otodidak
Profil WFT yang ditangkap jauh dari gambaran hacker kelas dunia. Wakil Direktur Reserse Siber AKBP Fian Yunus menegaskan bahwa WFT bukanlah seorang ahli Information Technology (IT).
"Hanya orang yang tidak lulus SMK. Namun, sehari-hari secara otodidak dia selalu mempelajari IT," ucap AKBP Fian.
WFT diketahui tidak memiliki pekerjaan tetap, sehingga ia menghabiskan hari-harinya di depan komputer, beraksi seorang diri.
"Dia sudah lama sekali dari 2020, dia sudah mulai mengenal dan mempelajari komunitas dark web, dark forum," tambah Kasubdit IV Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya, AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon.
Dugaan bahwa WFT hanyalah Bjorka palsu menguat setelah pernyataan dari pihak kepolisian sendiri.
AKBP Fian Yunus tidak dapat memastikan 100 persen apakah WFT adalah hacker Bjorka yang pernah menggemparkan Indonesia dengan meretas data e-KTP dan dokumen negara.
"Mungkin, jawabannya saya bisa jawab, mungkin. Apakah Bjorka 2020? Mungkin. Apakah dia Opposite 6890 yang dicari-cari? Mungkin," kata Fian, menunjukkan keraguan yang nyata.
Fian menjelaskan, dalam dunia siber, ada istilah "everybody can be anybody", yang berarti siapa pun bisa mengaku sebagai siapa pun. Hal inilah yang membuat penyidik harus berhati-hati.
Brigjen Pol Ade Ary Syam Indradi, Kabid Humas Polda Metro Jaya, juga mengakui bahwa penyelidikan masih mendalam.
"Penyidik masih terus lakukan pendalaman mengenai berapa [data] yang sudah didapat oleh pelaku. Kemudian pendalaman-pendalaman lainnya masih terus dilakukan terkait dengan kesamaan nama, ini juga masih terus dilakukan pendalaman," ujarnya.
Baca juga: Sesal Wahyu Bjorka, Dulu Hidup Susah Jadi Hacker dan Bobol Data Bank
Baca juga: Strategi Keliru Vadel Badjideh Berujung Vonis 9 Tahun, Hotman Paris: Salah Pilih Pengacara Razman
Penyidik kini fokus menelusuri sepak terjang kejahatan WFT dan membandingkannya dengan jejak digital hacker Bjorka yang viral sebelumnya.
Dari hasil pemeriksaan, WFT memang aktif di dark web dan dark forum sejak 2020.
Ia mengaku sebagai Bjorka di dark forum bernama darkforum.st sejak Desember 2024. Namun, untuk mengelabui pelacakan, WFT kerap berganti identitas digital:
- Februari 2025: Akunnya di dark forum diganti menjadi SkyWave. Setelah itu, ia mengunggah contoh akses perbankan nasabah bank swasta di akun X @bjorkanesiaa dengan niat memeras.
- Maret 2025: Nama di dark forum diubah lagi menjadi ShinyHunter.
- Agustus 2025: Nama diubah menjadi Opposite 6890.
WFT mengklaim menguasai data perbankan, perusahaan kesehatan, dan perusahaan swasta yang dijual melalui berbagai akun media sosial seperti Facebook, TikTok, dan Instagram.
Data ini bernilai puluhan juta rupiah di dark web, dibayar melalui akun-akun kripto yang rutin ia ganti.
Kepolisian menduga kuat WFT memiliki jaringan dan keterkaitan dengan forum-forum jual beli data secara ilegal, meskipun WFT mengaku beraksi sendiri.
Modus Opposite 6890 dan Peringatan Kepolisian

Modus operandi WFT yang kerap mengganti nama (Bjorka, SkyWave, ShinyHunter, Opposite 6890) sengaja dilakukan untuk menyamarkan diri dan menyulitkan pelacakan.
Hal ini menjadi tantangan besar bagi aparat penegak hukum.
"Tujuan pelaku melakukan perubahan nama-perubahan nama ini adalah untuk menyamarkan dirinya dengan membuat menggunakan berbagai macam, tentunya email atau nomor telepon atau apa pun itu sehingga yang bersangkutan sangat susah untuk dilacak," jelas AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon.
Kerja Sama Internasional dan Jejak Digital Abadi
AKBP Fian Yunus mengungkapkan, aparat penegak hukum internasional, termasuk Interpol, FBI, serta kepolisian Prancis dan Amerika Serikat.
Sebelumnya telah menutup beberapa platform dark web yang digunakan oleh WFT.
Penutupan ini memaksa WFT berpindah-pindah, namun tidak menghapus jejaknya.
"Perangkat bukti digital yang kita temukan itu masih tersimpan di dalam perangkat-perangkat tersebut dalam bentuk jejak digital," tegas Fian, mengisyaratkan bahwa data forensik akan menjadi kunci untuk mengungkap identitas asli WFT.
Polisi berjanji akan terus melakukan pendalaman dengan menelusuri seluruh jejak digital yang ditemukan untuk memastikan apakah hacker berusia 22 tahun ini adalah sosok yang sama dengan Bjorka yang legendaris, atau sekadar peniru yang memanfaatkan nama besar.
Kepolisian juga mengeluarkan peringatan keras bagi publik:
"Hati-hatilah membagi data pribadi, modusnya banyak sekali. Kami juga berharap bagi oknum-oknum yang telah sebelumnya memiliki data dari berbagai kegiatan, data pribadi masyarakat apabila disalahgunakan. Maka itu nanti apabila ada yang merugikan pasti akan diproses," tutup Brigjen Pol Ade Ary.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Perampokan Berujung Maut di Talang Bakung Jambi, Korban Dikenal Baik dan Jarang Keluar Rumah
Baca juga: Tokoh Adat Kutuk Keras KKB Papua : TPNPB-OPM Membunuh Anak Sendiri
Baca juga: Perbaikan di Merangin Jambi Dimulai Oktober, Anggaran Rp1,5 Miliar
Baca juga: Tragedi Berulang Kasus MBG: Ratusan Siswa Kuningan Keracunan Massal
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.