Berita Nasional
102 Santri Berhasil Dievakuasi, 38 Orang Diduga Masih Terjebak Reruntuhan Musala Ponpes di Sidoarjo
Upaya penyelamatan dramatis berlangsung di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, menyusul ambruknya bangunan musala.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM - Upaya penyelamatan dramatis tengah berlangsung di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, menyusul ambruknya bangunan musala pada Senin (29/9/2025).
Hingga kini, sebanyak 102 santri telah berhasil dievakuasi, namun fokus utama tim SAR gabungan adalah dugaan masih ada 38 santri yang terperangkap di bawah puing-puing.
Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, membenarkan bahwa dari total sekitar 140 santri yang dilaporkan menjadi korban dalam insiden tersebut, 102 orang telah ditemukan.
"Artinya saat ini diperkirakan ada 38 santri yang masih terjebak," kata Nanang, Selasa.
Dari 102 santri yang selamat, 91 di antaranya berhasil melakukan evakuasi mandiri segera setelah musala ambruk menimpa mereka saat salat Ashar berjamaah.
Sementara 11 orang lainnya dievakuasi langsung dari bawah reruntuhan oleh tim SAR gabungan.
Sayangnya, satu dari korban yang berhasil dievakuasi tersebut dilaporkan meninggal dunia setelah sempat dilarikan ke Rumah Sakit Islam Siti Hajar Sidoarjo.
Di tengah kondisi kritis, tim penyelamat sempat menemukan secercah harapan.
Baca juga: Tragedi Ponpes Sidoarjo: Total Korban Bangunan Ambruk 83 Orang, 1 Santri Meninggal
Baca juga: Kirim Nasihat ke Presiden Prabowo via Surat, Jokowi Kaget Ditemui Abu Bakar Baasyir di Solo
Baca juga: Gerombolan Geng Motor Masuk Perumahan di Talang Bakung Jambi Viral, Warganet Ungkap Ada 3 Korban
Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Timur, Adhy Karyono, mengungkapkan bahwa petugas berhasil mendeteksi dan berkomunikasi dengan tujuh santri yang terjebak dan diduga masih hidup.
"Kita tadi masih menemukan ada tujuh orang yang diperkirakan masih hidup, masih bisa komunikasi," ujar Adhy Karyono dalam Breaking News KompasTV, Selasa.
Penemuan tujuh korban ini terjadi setelah tim SAR membuat lubang akses di bangunan yang runtuh.
Korban-korban tersebut, yang sebelumnya tak terlihat, kini mulai dapat dijangkau.
"Setelah kita masuk dengan membuat lubang jadi mulai bisa kelihatan (7 korban), dan sudah kita suplai makanan, oksigen. Fokus kita tujuh (korban) ini harus selamat," tegasnya, menunjukkan prioritas utama penyelamatan yang terus dilakukan.
Guna memaksimalkan upaya evakuasi, Nanang Sigit menyatakan bahwa pihaknya telah mengambil langkah tegas dengan memperluas parameter steril di lokasi kejadian.
Tindakan ini diambil karena keberadaan kerumunan masyarakat yang menimbulkan kebisingan di depan ponpes dinilai mengganggu konsentrasi petugas.
"Petugas yang sedang berusaha evakuasi sangat sensitif terhadap suara, sementara di depan ponpes banyak masyarakat berkerumun dan menimbulkan suara-suara yang mengganggu konsentrasi," jelas Nanang.
Baca juga: 7 Santri Masih Terjebak Reruntuhan di Bangunan Musala Ponpes Sidoarjo, Sekda Jatim: Masih Hidup
Baca juga: Satgas Cartenz Pukul Mundur KKB Papua yang Bakar Puskesmas Hingga Kocar-Kacir: Sempat Kontak Tembak
Ambruknya musala di Ponpes Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, terjadi pada Senin (29/9/2025) dan langsung memicu respons tanggap darurat besar-besaran untuk menyelamatkan para santri yang menjadi korban.
Tak Ada IMB
Tragedi ambruknya gedung musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin (29/9/2025) ternyata menyimpan dugaan masalah serius pada aspek perizinan dan konstruksi.
Bangunan yang roboh dan menimpa santri saat salat Ashar tersebut diduga kuat belum mengantongi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Dugaan ini disampaikan langsung oleh Bupati Sidoarjo, Subandi, setelah meninjau lokasi kejadian.
Menurut Subandi, pengelola pesantren belum mengurus izin yang diperlukan sebelum mendirikan dan melanjutkan pembangunan.
"Perizinan belum ada," tegas Subandi, Senin, dalam tayangan Breaking News Kompas TV.
"Ini bangunan melanjutkan. Tak lihat, tak tanyakan izin-izinnya semua enggak ada."
Bupati Subandi menjelaskan bahwa runtuhnya bangunan musala terjadi saat proses pengecoran lantai tiga sedang berlangsung.
Kelalaian dalam perencanaan dan pembangunan diduga menjadi faktor utama.
"Tadi ngecor lantai tiga, akhirnya dengan konstruksinya tidak standar, akhirnya tidak mampu, akhirnya semua roboh," jelasnya.
Runtuhnya bangunan yang terjadi sekitar pukul 14.40 WIB tersebut sontak menimpa para santri yang tengah melaksanakan salat Ashar berjamaah.
Baca juga: Reaksi Santai Gubernur Mualem soal Aksi Gubsu Bobby Nasution Razia Truk Aceh Viral: Gatal Digaruk
Baca juga: Kronologi Jurnalis Tribun Papua Alami Kekerasan dari Polisi saat Liput Demo: Kartu Pers Diabaikan
Peristiwa nahas ini dikabarkan telah mengakibatkan satu orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Subandi juga tidak menampik kasus mengesampingkan perizinan saat membangun tempat ibadah atau fasilitas pesantren adalah hal yang kerap terjadi.
"Banyak pondok itu kadang bangun masjid, pondok, kadang dia tidak mengurus IMB-nya dulu langsung dibangun, baru selesai ini izin-izin baru selesai," ungkapnya.
Ia pun mengingatkan pentingnya prosedur yang benar untuk mencegah insiden serupa.
"Mestinya sebelum dibangun izin-izin, termasuk IMB. Ini harusnya dikerjakan dulu biarkan dulu agar konstruksi sesuai standar," pungkas Subandi.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Ancaman Nilai dan Tekanan Senior, Siswa SMA 8 Jambi Tuntut Perubahan
Baca juga: Kirim Nasihat ke Presiden Prabowo via Surat, Jokowi Kaget Ditemui Abu Bakar Baasyir di Solo
Baca juga: Atap Rusak dan Dipenuhi Ilalang, Gedung TIC Arboretum Rio Alif Merangin Terbengkalai
Baca juga: Siswa SMA Negeri 8 Kota Jambi Demo, Protes Sekolah Tak Dukung Kegiatan Ekstrakurikuler
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.