Berita Viral

Menangis Bura Hanya Disuruh Sabar Usai Tak Lolos PPPK, Sudah Mengabdi 17 Tahun: Saya Sudah 50 Tahun

Wajah lemas tampak dari sosok Bura. Rambut hitamnya yang lurus dibiarkan tergerai di tengah memperjuangakan nasibnya di DPRD Mamuju.

Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Tommy Kurniawan
ist
Menangis Bura Hanya Disuruh Sabar Usai Tak Lolos PPPK, Sudah Mengabdi 17 Tahun: Saya Sudah 50 Tahun 

TRIBUNJAMBI.COM - Menangis Bura (50) disuruh sabar usai namanya tak lolos Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Padahal Bura sudah mengabdi jadi tenaga honorer di SD Inpres Sangkurio, Lingkungan Tamasapi, Kelurahan Mamunyu, Kecamatan Mamuju, Sulawesi Barat selama 17 Tahun.

Ya, Bura hanya ingin suaranya didengar pemerintah dan menghargai atas pengabdiannya.

Wajah lemas tampak dari sosok Bura.

Rambut hitamnya yang lurus dibiarkan tergerai di tengah memperjuangakan nasibnya di DPRD Mamuju.

Masker birunya melorot di leher tak mampu menutupi getir yang ia rasakan. 

Digaji per enam bulan

Sejak 2008, setiap pagi ia berangkat ke sekolah dengan semangat yang sama.

Baca juga: Enaknya Desy Yanthi Bolos 6 Bulan Kerja Jadi Anggota DPRD Tapi Terima Gaji hingga Tunjangan

Baca juga: Syok Sopir Truk Diberi Uang Rp 100 Ribu dan Kue Usai Bantu Ibu-ibu yang Mobilnya Pecah Ban: Ikhlas

Baca juga: Reaksi XXI usai Banyak Penonton yang Kecewa ada Tayangan Prabowo di Bioskop, Sentil Soal Kontrak

Baginya, anak-anak di ruang kelas adalah alasan untuk tetap bertahan, meski upah ia terima jauh dari kata layak. 

“Saya digaji Rp500 ribu per enam bulan. Itupun dipotong. Kadang yang saya terima hanya Rp1,2 juta,” ucap Bura dengan suara lirih, saat ditemui ketika berunjuk rasa di Gedung DPRD Mamuju, Senin (15/9/2025).

Dengan penghasilan tak menentu, Bura kerap harus mengencangkan ikat pinggang.

Ia tahu, gajinya sebagai honorer tak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. 

Namun, rasa cintanya pada murid-murid membuatnya tetap setia hadir di sekolah. 

“Saya rajin masuk tiap hari. Hanya Sabtu dan Minggu tidak karena saya ibadah,” katanya.

Harapan sempat tumbuh ketika ia melengkapi berkas untuk mengikuti seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)

Harapan pupus, tak lolos PPPK disuruh sabar

Bura membayangkan, status baru itu bisa menghadirkan sedikit kepastian bagi hidupnya. 

Namun, semua pupus begitu pengumuman keluar. Namanya tak tertera dalam daftar.

“Kami hanya diminta sabar. Tapi sampai kapan saya bisa sabar? Kalau soal pakaian, saya bisa sabar. Tapi kalau perut lapar, bagaimana?” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Bura tak kuasa menahan tangis. Baginya, sabar bukan lagi kata yang mudah diucapkan ketika usia semakin menua. 

“Kalau saya masih 17 tahun, mungkin bisa lebih sabar menunggu. Tapi sekarang saya sudah 50 tahun,” katanya, suaranya tercekat.

Meski begitu, perempuan sederhana ini tetap berpegang pada satu hal: anak-anak yang diajarnya adalah masa depan. 

Mereka adalah alasan ia terus berdiri di depan kelas, meski penghasilan tak menjanjikan.

“Saya berharap suara kami bisa didengar. Kami hanya ingin dihargai dan diberi kepastian,” kata Bura.

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved