Kunci dan Jawaban

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 6 Halaman 36 : Budaya Populer Korea

Pelajari pembahasan kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 6 halaman 38 Kurikulum Merdeka.

Penulis: Heri Prihartono | Editor: Heri Prihartono
Tribunjambi/Canva
KUNCI JAWABAN.Pelajari pembahasan kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 6 halaman 38 Kurikulum Merdeka. 

TRIBUNJAMBI.COM -Berikut pembahasan kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 6 halaman 38 Kurikulum Merdeka.

Pada soal Bahasa Indonesia Kelas 6 halaman 38, siswa diminta untuk mempelajari artikel Seni sebagai Kekuatan Diplomasi Budaya.

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 6 Halaman 38
Kalian telah membaca artikel “Seni sebagai Kekuatan Diplomasi Budaya”di atas.

Sekarang, diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut dengan teman-teman dalam kelompok!

1. Setujukah kalian bahwa budaya populer Korea digemari oleh banyak kalangan di Indonesia?
 

Sangat setuju. Fenomena ini bukan lagi sekadar tren sesaat, tetapi sudah menjadi bagian dari lanskap budaya populer di Indonesia. Buktinya bisa kita lihat dari berbagai aspek:

Musik (K-Pop): Grup seperti BTS, BLACKPINK, EXO, NCT, dan banyak lainnya memiliki basis penggemar (fandom) yang luar biasa besar dan terorganisir di Indonesia.

Konser mereka selalu terjual habis dalam hitungan menit, penjualan album fisik dan digital sangat tinggi, dan lagu-lagu mereka mendominasi tangga lagu di berbagai platform musik digital.

Drama & Film (K-Drama & K-Movie): Drama Korea menjadi tontonan utama di layanan streaming seperti Netflix, Viu, dan Disney+. Berbagai genre, mulai dari romantis, thriller, hingga komedi, digemari oleh berbagai usia, dari remaja hingga orang dewasa. Popularitas aktor dan aktris Korea pun setara dengan bintang Hollywood.

Kuliner (K-Food): Restoran yang menyajikan makanan Korea seperti samgyeopsal, tteokbokki, dan bibimbap menjamur di kota-kota besar. 

Produk makanan instan dari Korea, seperti mi instan dan aneka makanan ringan, juga sangat mudah ditemukan dan laku keras di pasaran.


Kecantikan & Mode (K-Beauty & K-Fashion): Produk perawatan kulit (skincare) dan kosmetik dari Korea sangat mendominasi pasar kecantikan Indonesia. Standar kecantikan dan gaya berpakaian ala idola Korea juga banyak diadopsi oleh generasi muda.

Daya tarik ini melintasi batas usia, gender, dan kelas sosial, menunjukkan betapa dalamnya penetrasi budaya populer Korea di Indonesia.

2. Apa yang dimaksud dengan istilah ‘industri tanpa cerobong asap’?
 

‘Industri tanpa cerobong asap’ adalah istilah untuk sektor industri yang menghasilkan pendapatan ekonomi tanpa bergantung pada pabrik fisik dan proses manufaktur yang menghasilkan polusi (asap dari cerobong).

Fokus utama industri ini adalah pada jasa, kreativitas, dan kekayaan intelektual, bukan pada eksploitasi sumber daya alam. Contoh utamanya meliputi:

Pariwisata: Hotel, biro perjalanan, pemandu wisata, dan semua layanan pendukungnya.
Ekonomi Kreatif: Ini adalah jantung dari "gelombang Korea" (Hallyu).

Sektor ini mencakup film, musik, pertelevisian, game, animasi, desain, dan penerbitan. Mereka menjual produk budaya dan kekayaan intelektual.


Jasa Keuangan: Perbankan, asuransi, dan pasar modal.


Teknologi Informasi: Pengembangan perangkat lunak, layanan digital, dan konsultasi IT.
Intinya, industri ini mengandalkan "otak" (kreativitas dan inovasi) sebagai modal utama, bukan "otot" (mesin dan pabrik).

3. Mampukah Indonesia mengikuti jejak Korea dalam menyebarkan budaya ke seluruh dunia?
 

Sangat mampu, namun jalannya tidak mudah dan memerlukan strategi, komitmen, serta investasi jangka panjang yang serius.

Korea Selatan tidak mencapai posisinya saat ini dalam semalam; ini adalah hasil dari perencanaan strategis pemerintah dan swasta selama lebih dari dua dekade.

Potensi dan Kekuatan Indonesia:

Keragaman Budaya yang Luar Biasa: Indonesia memiliki kekayaan budaya yang jauh lebih beragam daripada Korea. Dari Sabang sampai Merauke, ada ribuan cerita rakyat, tarian, alat musik, tradisi, dan resep kuliner yang bisa menjadi sumber konten tak terbatas.


Kekuatan Narasi: Cerita horor berbasis mitologi lokal (seperti film-film Joko Anwar), kisah-kisah sejarah kerajaan, dan cerita rakyat memiliki potensi besar jika dikemas dengan baik.


Pasar Domestik & Demografi: Indonesia memiliki populasi muda yang sangat besar dan kreatif yang bisa menjadi mesin penggerak industri ini.


Musik yang Unik: Genre seperti Dangdut Koplo adalah fenomena budaya yang sangat kuat dan memiliki potensi global jika dipoles dengan produksi modern. Musisi seperti Rich Brian dan NIKI sudah membuktikan talenta Indonesia bisa diterima di panggung dunia.
Tantangan Utama:

Dukungan Pemerintah yang Kurang Sistematis: Korea memiliki badan seperti KOCCA (Korea Creative Content Agency) yang secara masif mendanai, melatih, dan mempromosikan konten kreatifnya ke luar negeri.

 Indonesia perlu lembaga serupa yang benar-benar berdaya dan memiliki visi global.
Kualitas Produksi dan "Pengemasan": Seringkali ide dari Indonesia sangat brilian, namun kualitas produksi (sinematografi, audio, efek visual) dan cara pengemasannya belum berstandar global.


Pembajakan dan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI): Isu ini masih menjadi masalah serius yang merugikan para kreator.
 

4. Menurutmu, apa yang dapat dilakukan Indonesia untuk melakukan ‘diplomasi lunak’?
 

Diplomasi lunak (soft power) adalah kemampuan memengaruhi negara lain melalui daya tarik budaya, nilai, dan kebijakan, bukan melalui paksaan (hard power). Berikut adalah langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan Indonesia:

Menjadikan Kuliner sebagai Ujung Tombak: Makanan adalah "diplomat" yang paling mudah diterima.

 Program seperti "Indonesia Spice Up the World" harus diperkuat. Pemerintah bisa memberikan insentif untuk pembukaan restoran Indonesia di luar negeri, mendukung chef-chef muda, dan mempromosikan makanan ikonik seperti Rendang, Sate, dan Nasi Goreng secara agresif di panggung kuliner dunia.


Investasi Besar pada Industri Film dan Musik: Bentuk sebuah badan pemerintah yang fokus memberikan dana hibah (grant) untuk produksi film dan musik berkualitas ekspor. Fasilitasi kolaborasi dengan sineas internasional dan promosikan film-film Indonesia di festival film bergengsi seperti Cannes, Berlin, dan Toronto.


Mengemas Ulang Budaya Tradisional: Daripada hanya menampilkan apa adanya, budaya tradisional seperti Batik, Tenun, Gamelan, dan Pencak Silat perlu dikemas dalam format modern.

Contoh: Mengintegrasikan Batik dalam modest fashion global, memasukkan alunan Gamelan dalam musik EDM atau skor film, atau menampilkan Pencak Silat dalam film aksi modern.


Mendukung Industri Komik dan Animasi Digital: Platform seperti Webtoon (yang ironisnya berasal dari Korea) sangat populer. Indonesia memiliki banyak komikus berbakat.

Pemerintah bisa mendukung platform lokal atau membantu talenta lokal menembus platform global untuk menyebarkan cerita-cerita khas Indonesia.

Program Beasiswa Seni dan Budaya: Mengundang lebih banyak mahasiswa, seniman, dan jurnalis asing untuk belajar tentang budaya Indonesia melalui program beasiswa seperti Darmasiswa. Mereka akan menjadi "duta" tidak resmi ketika kembali ke negara mereka.


Kuncinya adalah konsistensi, kualitas, dan strategi promosi yang terpadu. Indonesia memiliki semua bahan bakunya; sekarang yang dibutuhkan adalah kemauan politik dan ekosistem yang mendukung untuk "memasaknya" menjadi produk budaya global.

Disclaimer

1. Pembahasan di atas hanya sebagai referensi belajar.

2. Soal di atas merupakan pertanyaan terbuka. Artinya ada beberapa jawaban tidak terpaku di atas.

3. Artikel ini tidak mutlak menjamin kebenaran jawaban. Siswa dapat mengembangkan jawaban yang lebih baik.

Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 6 Halaman 40 : Melengkapi Kosakata

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved