Dari RS Toto, jenazah Nandar dibawa menggunakan mobil ambulans hingga ke Desa Poduwoma, Kecamatan Suwawa Timur.
Setelah itu, jenazah dibonceng menggunakan motor melewati jembatan gantung oleh Peo Samania melalui Desa Tulabolo dan Tulabolo Timur sebelum masuk hutan taman nasional hingga ke Desa Tilonggibila di Kecamatan Pinogu.
“Saat dirujuk ke RS Toto dan dibawa pulang ke kampung di Kecamatan Pinogu dengan cara yang sama, yaitu dibonceng dengan motor ojek yang sudah dimodifikasi khusus,” jelas Wawan.
Wawan mengungkapkan bahwa perjalanan menembus hutan bukan perkara yang mudah, sekalipun dilakukan oleh para tukang ojek.
Setiap motor dipastikan membawa alat bengkel untuk berjaga-jaga jika terjadi kerusakan di hutan.
Jalan yang dilalui juga bukan jalan aspal, melainkan jalan tanah yang selalu berair dan acap kali longsor.
“Perjalanan Peo Samania membawa jenazah kakaknya sempat menghadapi pohon tumbang, ini tidak mudah,” ujar Wawan.
Peo Samania tidak sendirian dalam perjalanan, ia disertai sejumlah kerabatnya yang juga membawa motor masing-masing.
Sesampai di Desa Tilonggibila, jenazah Nandar langsung disambut lantunan tahlil dan isak tangis keluarganya.
Sebuah keranda yang sudah dihias menanti di halaman rumahnya, juga dua buah payung sudah disiapkan untuk mengantarkan ke kubur.
Untuk menurunkan jenazah, sejumlah kerabatnya membuka beberapa ikatan tali.
Jenazah yang sudah dipakaikan jas hujan plastik ini diturunkan pelan-pelan dari motor sebelum disemayamkan di dalam rumah.
Kejadian ini bukan pertama kali bagi warga Kecamatan Pinogu.