3 Aktivis Sumut Jalan Kaki Cari Keadilan

Dilaporkan dengan UU ITE Oleh Polisi, Aktivis Sumut Tetap Jalan Kaki Tuntut Keadilan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

AKSI JALAN KAKI - Tiga aktivis Sumatera Utara jalan kaki ke Jakarta untuk bertemu presiden. Kini tiba di Kota Jambi, Kamis (22/8/2025).

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI – Tiga aktivis asal Sumatera Utara melakukan aksi jalan kaki menuju Jakarta dan tiba di Kota Jambi, Jumat (22/8/2025).

Mereka adalah Kacak Alonso bersama dua rekannya, Rudi Bakti dan Rian. Rombongan ini sudah menempuh perjalanan selama 20 hari dari Tanjung Balai Asahan, Sumut, dengan tujuan bertemu Presiden Prabowo Subianto, Kapolri, serta anggota DPR RI.

Menurut Alonso, aksi ini dilakukan untuk menyuarakan persoalan hukum yang dinilainya tidak berjalan baik sekaligus membela kebebasan berpendapat.

“Kami ingin menunjukkan ke masyarakat bahwa ada hukum yang tidak baik-baik saja. Kami juga ingin bertemu Presiden, Kapolri, dan anggota DPR, karena merekalah ayah kandung bangsa ini,” kata Alonso di Jalan Mayor Marzuki, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi.

Alonso mengaku mendapat intimidasi dari seorang perwira polisi berinisial DK yang bertugas di Polda Sumatera Utara. Ia dilaporkan dengan Undang-Undang ITE setelah menyebarkan video dugaan kekerasan dalam penangkapan pelaku narkoba oleh oknum tersebut.

“Setelah saya share video itu di grup WhatsApp, dia tidak terima. Saya diintimidasi, ditanya mau jadi saksi atau mau jadi tersangka. Padahal saya sudah minta maaf, sudah klarifikasi, bahkan bikin video permintaan maaf. Tapi tetap saya dilaporkan,” jelasnya.

Saat ini, laporan terhadap dirinya masih di tingkat SPKT. Namun ia menilai tindakan tersebut adalah bentuk pembungkaman terhadap aktivis. “Apakah dengan melaporkan rakyat kecil bisa bikin naik pangkat? Kami tidak terima. Padahal UU ’98 sudah mengatur kebebasan berpendapat,” ujarnya.

Selama perjalanan, Alonso mengaku sempat khawatir akan ada serangan sejak masih di Sumut. Setelah keluar dari provinsi itu, ia merasa lebih lega meski tetap waspada terhadap potensi kejahatan jalanan. Ia bahkan sempat berjalan malam hari di hutan saat hujan gerimis hingga dikejar anjing.

Meski tak ada intervensi langsung di jalan, Alonso sering mendapat telepon dari nomor tak dikenal dan menghadapi opini buruk di media sosial.

“Kami dituduh dekat dengan bandar narkoba, dianggap penjahat, atau cuma cari sensasi. Padahal kami murni berjalan kaki, sudah 20 hari, tanpa biaya dari siapa pun. Hanya kawan-kawan dan orang tua yang bantu ongkos makan,” tegasnya.

Dalam aksi ini, Alonso ditemani Rudi Bakti yang merupakan aktivis sosial, dan Rian, kader HMI. Mereka membawa tas, pakaian, angkong, serta tenda untuk beristirahat di masjid, sekretariat organisasi, hingga penginapan murah. Selama di Jambi, mereka menginap di kawasan Wismala sebelum melanjutkan perjalanan ke Jakarta.

“Kapolri bilang siapa yang mengkritik Polri dengan keras adalah sahabat Polri. Tapi kenyataannya berbeda, justru rakyat kecil dilaporkan. Kesan yang muncul, Polri hari ini anti kritik,” pungkas Alonso.

Baca juga: Breaking News - Jalan Panjang 3 Aktivis Sumut Menuju Jakarta Cari Keadilan

Baca juga: Renungan Harian Kristen 23 Agustus 2025 - Mempercayakan Kepada Tuhan

Baca juga: BMKG: Peringatan Dini Cuaca Bungo Sore Ini, Waspada Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang

Berita Terkini