TRIBUNJAMBI.COM - Ini tampang anak di Lubuklinggau pukuli ayahnya hingga 5 kali.
Anak ini merasak kesal karea ditegur sang ayah.
Parahnya lagi sang anak mengancam pakai parang.
DIketahui pelaku bernama Redi warga Perumnas Dayang Torek RT.09 Kelurahan Ulak Lebar Kecamatan Lubuklinggau Barat II Kota Lubuklinggau.
Kini nasib Redi dijebloskan ayah kandungnya ke penjara.
Kapolsek Lubuklinggau Barat Iptu Zendra didampingi Kanit Reskrim Aiptu Erwinsyah menyampaikan peristiwa penganiayaan orang tua oleh anak kandung ini terjadi pada hari Senin tanggal 11 Agustus 2025 sekira pukul 23.00 Wib.
Baca juga: Remuk Hati Ibu Dea Permata Rupanya Anaknya Dibunuh Pembantu: Saat Kejadian Dia Paling Histeris
Baca juga: Hilang Nyawa Sang Suami Ditimpa Istrinya yang Kegemukan, Warga Sempat Menduga Sengaja Dicekik
Baca juga: Nasib Serma Christian Usai Minta Maaf, Keluarga Prada Lucky Dikabarkan Dapat Rumah: Dia Dulu Janji
"Lokasi penganiayaan itu di rumah mereka, alasanya karena khilaf tersanga tidak senang ditegur ayahnya," kata Erwin pada wartawan, Kamis (14/8/2025).
Erwin mengungkapkan tersangka menganiaya dan melakukan pengancaman dengan menggunakan senjata tajam jenis parang bermula pada saat Anariya adik tersangka pulang ke rumah dari kerja dan diantar teman lelakinya Doni.
Melihat itu, Redi keluar rumah dengan marah dan mengusir Doni.
Melihat itu, sebagai ayah, Ujang Romli tidak enak dan menegur Redi. Lalu menyuruh Redi masuk ke dalam rumah.
Karena merasa kesal ditegur, Redi langsung memukul ayahnya di bagian pelipis kening sebelah kiri sebanyak 5 pukulan hingga korban terjatuh tersungkur ke lantai.
Selanjutnya Redi masuk ke dalam rumah dan keluar dengan membawa 1 buah parang dan mengacungkan parang ke arah ayahnya sambil mengatakan “MATI NGA BAK” (mati kamu bak) dan dihalangi oleh Doni.
"Kemudian Redi pergi dengan membawa parang tersebut," ujarnya.
Kemudian, akibat kejadiannya Ujang Romli mengalami rasa takut, pusing, trauma dan luka memar di bagian pelipis kening sebelah kiri lalu melapor ke Polsek.
"Setelah Anggota Unit Reskrim Polsek Lubuklinggau Barat menerima laporan dari korban, lalu melakukan serangkaian tindakan penyelidikan dengan menginterogasi saksi-saksi yang terkait perkara tersebut," ungkapnya.
Kemudian dari hasil penyelidikan telah mengumpulkan bukti-bukti dan dilakukan pencarian keberadaan pelaku tersangka Redi lalu berdasarkan keterangan dan informasi yang di dapatkan pada hari Selasa 12 Agustus 2025 sekira pukul 15.00 Wib dilakukan penangkapan.
"Ketika diketahui tersangka pulang langsung dilakukan penangkapan, selanjutnya pelaku langsung diinterogasi dan mengakui perbuatannya melakukan pengancaman dengan kekerasan terhadap ayahnya," ungkapnya.
Hasil interaksi tersangka mengakui perbuatannya telah melakukan pengancaman dengan ancaman kekerasan.
"Tersangka mengaku khilaf memukul orang tuanya karena malu ditegur," ujarnya.
Remuk Hati Ibu Dea Permata Rupanya Anaknya Dibunuh Pembantu
Berita lainnya: Remuknya hari ibu Dea Permata Kharisma, Yuli Ismawati (55) mengetahui anaknya dibunuh pembantunya sendiri, Ade Mulyana.
Padahal sebelumnya Ade Mulyana lah yang peryama kami memberi tahu jika Dea Permata tewas.
Bahkan sang pembantu paling histeris seolah-olah yang merasa kehilangan Dea Permata.
Sebelumnya, Kasi Humas Polres Purwakarta, AKP Enjang Sukandi menyebut pihaknya sudah menangkap pelaku pembunuhan Dea Permata dalam waktu kurang dari 24 jam usai kejadian.
"pelaku saat ini sudah diamankan oleh penyidik Polres Purwakarta, lagi dalam pemeriksaan," kata Enjang, Rabu (13/8/2025).
Enjang mengatakan, pelakunya yakni asisten rumah tangga korban diamankan pihak kepolisian di lokasi kejadian.
"Pelakunya ada di situ, yang pembantunya itu. Engga sembunyi sebenarnya, dia ada di situ sebenarnya," kata Enjang.
Meski demikian, ia mengatakan bahwa pihak kepolisian masih mendalami motif dari kasus tersebut, sehingga terdua pelaku masih menjalani sejumlah rangkaian pemeriksaan.
Yuli: Nyawa Dibayar Nyawa
Dea Permata Kharisma ditemukan tewas mengenaskan dengan banyak luka tusuk di rumahnya di Komplek Perumahan PJT II, Blok D, Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta pada Selasa siang (12/8/2025).
Jenazah Dea pertama kali ditemukan pembantunya.
Kepedihan Yuli Ismawati makin dalam setelah mengetahui siapa pembunuh putrinya tersebut.
Sosok yang diduga menjadi pembunuh justru adalah orang yang selama ini dianggap keluarga sendiri, Ade Mulyana (26).
Ade sendiri merupakan pembantu atau asisten rumah tangga dari korban yang pertama kali mengaku menemukan Dea tewas bersimbah darah.
Yuli mengungkapkan keterkejutannya saat mengetahui identitas terduga pelaku.
"Engga menyangka sama sekali. Kan ternyata dia itu orang yang selama ini dekat dengan anak saya. Bekerja ikut anak saya," ujar Yuli dengan suara berat saat ditemui di kediamannya, Perum POJ Sadang, Desa Cisereuh, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, Rabu (13/8/2025).
Yang membuatnya semakin tidak percaya, Ade Mulyana sempat menunjukkan reaksi emosional yang kuat saat kejadian.
"Pada saat kejadian itu, justru yang paling histeris dia. Seolah-olah dia yang paling kehilangan," ucap Yuli.
Menurut Yuli, selama ini Dea tidak pernah bercerita ada masalah dengan Ade.
Hubungan mereka pun tampak baik-baik saja.
"Engga ada masalah. Mungkin karena dianggap sudah seperti keluarga. Anakku itu orangnya baik, semua orang dianggapnya juga baik," katanya.
Yuli merasa dikhianati. Pasalnya, selama ini keluarga telah banyak membantu kehidupan Ade.
"Orang yang dikasih makan, dikasih penghidupan, rokok, uang, tapi malah menghabisi anak saya," ujarnya.
Kasus ini masih dalam proses penyelidikan lebih lanjut oleh pihak kepolisian.
Sementara itu, keluarga berharap keadilan segera ditegakkan.
"Kan dia bunuh anak saya, nyawa dibayar dengan nyawa, tapi sesuai diproses hukum."
"Jadi sesuai, makanya semua diserahkan kepada kepolisian," ucap Yuli.
Pengakuan Tetangga
Ade Mulyana diduga kuat pembantu rumah tangga yang disebut tetangga korban, Salbiah.
Detik-detik terakhir Dea Permata Karisma sebelum dibunuh itu memang diungkap tetangganya yang bernama Salbiah.
"Tadi sekitar jam 10 pagi, saya mau beli sayur. Bu Dea juga keluar, kayaknya mau belanja. Jam 11 siang, kami pulang hampir bersamaan," ujar Salbiah.
Saat itu, kata Salbiah, Dea terlihat normal.
"Saya sempat sapa dia yang lagi makan. Dia bilang buru-buru karena mau hujan dan jemurannya banyak," ujar Salbiah.
Tak disangka, beberapa jam kemudian, pembantu Dea berlari ketakutan sambil berteriak, "Ibu-ibu, Bu Dea dibunuh," kata Salbiah menirukan pembantu korban.
Salbiah dan warga lain langsung bergegas ke rumah Dea.
"Saya mau masuk, tapi di depan pintu ke dapur sudah ada jejak darah. Saya enggak berani lanjut, takut," katanya.
"Kayak bekas kaki habis menginjak darah."