Pesawat microlight ini, lanjut Alvin Lie dikhususkan untuk olahraga.
"Kategori microlight yang total bobotnya bersama penumpang itu di bawah 600 kilo," katanya
Karena bobotnya yang sangat ringan, pesawat ini rentan terhadap angin kencang dan membutuhkan keterampilan yang mumpuni dari pilotnya.
Terlebih, pesawat ini tidak memiliki black box dan navigasinya mengandalkan visual secara penuh.
"Ini sederhana sekali dan untuk navigasinya juga full visual,
ya,"
"Jadi ini bukan menggunakan instrumen untuk terbang itu. Makanya dinamakan pusat olahraga karena betul-betul tergantung pada keterampilan pilotnya," bebernya.
Ia menyaksikan, pesawat yang jatuh tersebut awalnya terbang normal lalu berputar 180 derajat hingga akhirnya menukik dan menghantam tanah.
Meski begitu, penyebab pasti jatuhnya pesawat masih belum diketahui.
"Ini bukan karena konstruksinya. Jadi, tidak ada sayap yang patah ya. Pesawat sempat berputar 180 derajat kemudian menghujam ke permukaan bumi," ujar Alvin.
Baca juga: SOSOK Marsma TNI Fajar Adriyanto, Eks Kadispenau Gugur dalam Pesawat Latih Jatuh di Bogor, Pilot F16
Baca juga: KKB Papua Aniaya dan Bunuh Warga Sipil di Yahukimo, Bergabung Sejak 2022