Berita Nasional

Kronologi Marsma TNI Fajar Adrianto Meninggal karena Pesawat GT500 Jatuh di Bogor

Editor: asto s
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pesawat latih sipil Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 jatuh di kawasan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Minggu (3/8/2025). Insiden itu terjadi dengan berisikan dua awak, dan satu korban meninggal yakni Marsma TNI Fajar Adriyanto.

TRIBUNJAMBI.COM - Peristiwa pesawat latih Quicksilver Aircraft GT500 jatuh di Bogor, mengakibatkan Marsma TNI Fajar Adrianto meninggal dunia.

Pesawat latih terjatuh di kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Benteng, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (3/8/2025).

Berikut kronologi pesawat latih jatuh hingga Marsma TNI Fajar Adrianto meninggal dunia.

Pesawat latih yang jatuh diketahui keluaran Quicksilver Aircraft dengan seri GT500 dan terdaftar di Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) dengan nomor registrasi PK-216.

Jenis pesawat latih tersebut merupakan pesawat ultralight atau pesawat ringan yang punya mesin propeler dan fixed wings.

Kecelakaan pesawat ini menyebabkan Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsma TNI Fajar Adrianto meninggal dunia.

Sementara satu orang lainnya yang bersama korban di pesawat mengalami luka-luka.

Saksi Mata Petugas TPU

Seorang petugas TPU bernama Hidayat menyaksikan langsung detik-detik pesawat latih tersebut jatuh.

Kepada TribunnewsBogor.com, ia menceritakan bahwa pesawat sempat oleng dan berputar-putar di udara.

"Dari Benteng saja sudah oleng. Hampir jatuh. Muter di sana cuma jatuhnya di sini," kata Hidayat dijumpai di lokasi.

Hidayat mengatakan, dalam pesawat tersebut ada dua orang.

Semuanya merupakan anggota TNI.

"Di pesawatnya ada dua orang. Kayaknya satu pelatih satu yang belajar. Dari anggota semua. Informasi yang satu mah meninggal di tempat,"

"Yang satu lagi matanya kalau gak salah. Saya lihat mah matanya yang luka," ujarnya.

Semua korban saat ini sudah dilarikan ke Rumah Sakit dr M Hasan Toto.

Saksi Mata Warga Sekitar

Sementara itu, warga sekitar, Enjat Sudrajat mengatakan pesawat jatuh pada pagi hari.

Ia menyaksikan pesawat sempat miring sebelum jatuh.

“Saya melihat pesawat itu miring. Dan saya lihat coba untuk naik lagi. Tapi, tiba-tiba jatuh,” kata Enjat kepada TribunnewsBogor.com di lokasi.

Enjat Sudrajat juga mendengar suara gemuruh yang keras.

“Gemuruh aja gitu. Lumayan kencang. Cuma enggak lama suaranya karena langsung jatuh kan,” ujarnya.

Hilang Kontak Pukul 09.19 WIB

Awalnya, pesawat lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja pukul 09.08 WIB pagi.

Pesawat itu melakukan misi latihan profisiensi penerbangan olahraga dirgantara. 

Setelah itu, sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat lalu hilang kontak.

Tak lama kemudian, pesawat ditemukan sudah terjatuh.

"Sekitar pukul 09.19 WIB, pesawat hilang kontak dan ditemukan jatuh di sekitar TPU Astana," kata Marsekal Pertama (Marsma) TNI I Nyoman Suadnyana, Kadispen AU.

Penyebab Jatuh Masih Teka-teki

Anggota Dewan Pakar Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Alvin Lie menuturkan bahwa pesawat yang digunakan tersebut keluaran Quicksilver Aircraft dengan seri GT500.

Pesawat microlight ini, lanjut Alvin Lie dikhususkan untuk olahraga.

"Kategori microlight yang total bobotnya bersama penumpang itu di bawah 600 kilo," katanya

Karena bobotnya yang sangat ringan, pesawat ini rentan terhadap angin kencang dan membutuhkan keterampilan yang mumpuni dari pilotnya.

Terlebih, pesawat ini tidak memiliki black box dan navigasinya mengandalkan visual secara penuh.

"Ini sederhana sekali dan untuk navigasinya juga full visual,
ya,"

"Jadi ini bukan menggunakan instrumen untuk terbang itu. Makanya dinamakan pusat olahraga karena betul-betul tergantung pada keterampilan pilotnya," bebernya.

Ia menyaksikan, pesawat yang jatuh tersebut awalnya terbang normal lalu berputar 180 derajat hingga akhirnya menukik dan menghantam tanah.

Meski begitu, penyebab pasti jatuhnya pesawat masih belum diketahui.

"Ini bukan karena konstruksinya. Jadi, tidak ada sayap yang patah ya. Pesawat sempat berputar 180 derajat kemudian menghujam ke permukaan bumi," ujar Alvin.

Baca juga: SOSOK Marsma TNI Fajar Adriyanto, Eks Kadispenau Gugur dalam Pesawat Latih Jatuh di Bogor, Pilot F16

Baca juga: KKB Papua Aniaya dan Bunuh Warga Sipil di Yahukimo, Bergabung Sejak 2022

Berita Terkini