Air minum yang biasa dipakai korban diminum setiap pagi, dicampur 4 butir potas yang sudah dilarutkan. Begitu diminum, korban mengalami reaksi keracunan hebat.
Namun, Fauziah tidak berhenti di situ karena berdasarkan pengakuannya, ia mengambil pisau dapur dan menikam dada korban sebanyak dua kali.
Setelah itu, ia memukul kepala korban dari belakang dengan balok kayu berukuran 4 x 6 cm sepanjang satu meter, lalu menghantam wajah korban berkali-kali hingga dipastikan tak bernyawa.
"Pelaku kemudian menutup tubuh korban dengan tikar dan kasur, lalu mengunci pintu rumah dari luar," jelas AKP Margono.
Baca juga: Mantan Kades di Sarolangun Jambi Ditangkap Kejari, DPO Kasus Korupsi Dana Desa
42 Hari Menyimpan Rahasia
Selama 42 hari, Fauziah menyembunyikan jasad korban di dalam kontrakan. Tak seorang pun warga yang mencurigai. Pasangan ini dikenal biasa saja, bahkan kerap bercengkerama dengan tetangga.
"Waktu ditemukan, kondisi jasad sudah membusuk parah. Baunya tercium sampai luar rumah," kata Kepala Dusun Karangtengah, Muhammad Ismail.
Menurut warga sekitar, Lukman dikenal aktif dalam kegiatan pengajian dan acara kampung. Sementara Fauziah lebih banyak berada di dalam rumah dan jarang bergaul.
Pada akhirnya, rasa takut membuat Fauziah menyerahkan diri ke kantor polisi.
Ia mengaku menyesal dan menyadari perbuatannya tak bisa disembunyikan selamanya.
"Dia datang sendiri ke Polres Jombang dan mengaku telah membunuh suaminya," ujar Margono.
Kini, Fauziah mendekam di sel tahanan dan menunggu proses hukum.
Polisi menyatakan akan mendalami lebih jauh rekam jejak kekerasan rumah tangga yang menjadi motif pembunuhan.
Penemuan jasad Lukman membuat warga setempat terkejut. Pasalnya, tidak pernah terdengar percekcokan atau keributan di rumah tersebut.
"Saya kaget sekali. Setiap hari mereka kelihatan seperti biasa. Tidak ada yang mencurigakan," ucap seorang tetangga yang enggan disebut namanya.