Maskapai regional seperti Emirates, Etihad, dan Qatar Airways telah menangguhkan penerbangan ke sejumlah kota besar seperti Teheran, Baghdad, Basra, dan Tel Aviv. FlyDubai dan SalamAir bahkan menghentikan layanan ke seluruh Iran dan Irak hingga akhir Juni. Singapore Airlines menyatakan telah meninjau ulang keamanan penerbangan dan menunda layanan ke Dubai.
American Airlines dan United Airlines juga menghentikan layanan ke Qatar dan Dubai, sementara Lufthansa mengalihkan semua penerbangan yang biasanya melintas wilayah Iran, Irak, dan Israel.
Sebagian maskapai memilih diam-diam mengubah jalur tanpa pengumuman resmi, hanya mencantumkan revisi jadwal dan waktu tempuh yang lebih panjang dalam sistem reservasi.
Kondisi langit yang “kosong” di Timur Tengah menjadi simbol nyata bahwa krisis ini tidak hanya berdampak pada urusan militer, tetapi juga mengganggu stabilitas penerbangan sipil global.
Dunia penerbangan internasional kini berada dalam fase adaptasi, dan Indonesia sebagai bagian dari ekosistem penerbangan Asia harus menyiapkan langkah-langkah mitigasi.
Mulai dari skenario alternatif rute penerbangan, evaluasi biaya logistik penerbangan, hingga perlindungan terhadap hak penumpang semua harus dirancang secara matang demi menjaga kepercayaan publik di tengah situasi yang terus berkembang.
Baca juga: INFO Warga Jambi yang Terjebak dalam Konflik Iran dan Israel, Adakah?