Di tengah tugas berat sebagai aparat, ia tak melupakan peran sebagai ayah tiga anak. Istrinya, seorang guru madrasah, menjadi pendamping setia di lapangan.
“Saya ajarkan mereka jangan malu jadi petani, jadi tukang kebun, jadi orang biasa. Yang penting bermanfaat,” katanya.
Anak sulungnya kuliah di Universitas Jambi lewat jalur undangan, jurusan kesehatan hewan.
Anak keduanya berprestasi akademik dan aktif kegiatan sekolah bahkan mendapatkan peringkat di kelas.
Adapu anak bungsunya, kini baru berusia tiga tahun, seumur dengan usia kebun sawit pribadi milik Arjunif.
Arjunif bilang, dirinya selalu mencontohkan nilai-nilai positif kepada keluarga, terlebih kepada anak dan istri.
Selain bermanfaat bagi masyarakat, dirinya juga terus berupaya meningkatkan kesejahteraan keluarga lewat perkebunan yang dirintisnya saat ini. Tanpa terpengaruh hal negatif diluar sana.
“Saya dari muda memang tidak pernah macam-macam dan aneh, karena diajarkan orang tua,” kata Arjunif.
Dari 2 hektare kebun sawit pribadinya saja, Arjunif bisa menghasilkan 3 hingga 4 ton tandan buah segar setiap bulan. Itu setara penghasilan Rp10–15 juta.
Ia menjadi bukti bahwa polisi bisa punya sumber penghasilan halal di luar dinas, tanpa harus terlibat pungli atau bisnis gelap.
Ia kini juga merancang kawasan wisata edukasi berbasis pertanian dan perikanan. Tiga kolam ikan sudah ia gali dengan dana sendiri. Ikan semah, nila, dan gurami mulai dibudidayakan.
“Anak-anak desa bisa tahu jenis ikan lokal, dan mungkin jadi pengusaha perikanan nanti. Kita harus beri contoh,” katanya.
Arjunif sadar dirinya tak bisa selamanya bertugas di lapangan. Tapi ia tak ingin berhenti hanya karena waktu pensiun tiba. Ia membina adik-adiknya, keluarganya, bahkan masyarakat luar desa untuk mengelola kebun secara kolektif.
“Kami sekarang sudah kelola lebih dari 30 hektare di Rantau Pandan, Kabupaten Bungo. Targetnya 100 hektare,” ucapnya.
Setelah menerima penghargaan Hugeng Corner dari Mabes Polri penghargaan untuk polisi teladan dan 20 penghargaan lain, ia tidak larut dalam pujian.