TRIBUNJAMBI.COM - Terungkap, ternyata ada masalah besar yang selama ini dialami pasukan Amerika Serikat.
Hal itu terungkap setelah serangan pasukan perlawanan Houthi Yaman terhadap kapal perang Angkatan Laut AS.
Serangan kelompok perlawanan Houthi terhadap pelayaran Laut Merah dan kapal perang Angkatan Laut AS yang melakukan agresi di negara tersebut, ternyata menyembulkan masalah yang selama ini dialami pasukan AS.
Masalah yang akhirnya tampak saat Houthi membalas serangan AS adalah rentannya pasokan amunisi Angkatan Laut AS dalam situasi peperangan yang berlangsung.
Hal itu diungkapkan seorang laksamana AL AS kepada Kongres negara tersebut dalam sebuah rapat kerja.
Dalam sidang Komite Alokasi Anggaran DPR (Kongres AS) pada Rabu (14/5/2025), Penjabat Kepala Operasi Angkatan Laut AS, Laksamana James Kilby mengungkap kebobrokan mereka.
The Military Times melaporkan, serangan oleh kelompok militan Yaman tersebut telah "menyoroti ketegangan pada pangkalan industri amunisi kita".
Hal yang dimaksud di atas adalah, tingkat produksi amunisi yang dinilai masih kurang, menyebabkan cepat menipisnya cadangan amunisi yang mereka bawa ke Yaman.
Lebih dari empat pekan, AS memang membombardir Yaman dengan dalih menghancurkan fasilitas Houthi dengan ratusan bahkan ribuan bom dari serangan udara.
Akan tetapi, efektivitas serangan gencar itu dipertanyakan lantaran Houthi masih aktif bahkan menyerang balik, baik itu ke aset tempur AS, atau ke langsung ke Israel, sekutu utama AS yang tengah melancarkan agresi dan perang genosida di Gaza.
"Amunisi jarak jauh berpemandu presisi seperti Tomahawk, Rudal Anti-Kapal Jarak Jauh, torpedo kelas berat, semua amunisi tersebut perlu kami tingkatkan produksinya," kata Kilby mengeluhkan cepat habisnya amunisi yang tersedia.
Kilby juga mendukung perolehan amunisi dari sumber vendor (produsen snejata dan amunisi) yang lebih banyak.
"Mereka mungkin tidak dapat menghasilkan spesifikasi yang sama persis, tetapi mereka mungkin dapat menghasilkan rudal yang efektif, yang lebih efektif daripada tidak memiliki rudal sama sekali," katanya.
Houthi Tetap Aktif Menyerang
Dalam beberapa tahun terakhir, militan Houthi di Yaman telah menargetkan jalur pelayaran internasional di Laut Merah dan kapal angkatan laut yang melindunginya, sebagai solidaritas terhadap perjuangan milisi Perlawanan Palestina Hamas dalam menghadapi agresi Israel.
Menurut Crisis Group, sebuah lembaga pemikir AS, hingga Januari 2025, kelompok yang didukung Iran telah melancarkan sekitar 500 serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah, serta target-target di Israel.
Kelompok Houthi telah menggunakan rudal dan pesawat tak berawak berbiaya rendah untuk melancarkan serangan.
Namun, meskipun senjata tersebut berbiaya rendah, militer AS terpaksa mengerahkan rudal mahal dan amunisi lain untuk menggagalkan serangan, yang menghabiskan biaya miliaran dolar.
AS juga telah melancarkan ratusan serangan udara terhadap posisi Houthi.
Presiden Donald Trump memerintahkan intensifikasi kampanye saat ia menjabat pada Januari.
Komandan Angkatan Laut Pensiunan Bryan Clark, dari Institut Hudson, mengatakan kepada Task and Purpose pada Maret kemarin kalau Angkatan Laut AS telah menggunakan lebih banyak amunisi pertahanan udara dalam bentrokan dengan Houthi sejak Oktober 2023 daripada yang telah digunakan dalam semua konflik lainnya sejak tahun 1990-an.
Ia mengemukakan kalau bentrokan dengan Houthi merupakan indikasi kekhawatiran terkait konflik di masa mendatang.
"Saya kira sebagian besar perkiraan adalah dalam beberapa hari pertempuran, jika terjadi invasi ke Taiwan, AS — khususnya Angkatan Laut — akan kehabisan senjata," kata Clark, merujuk pada ancaman Tiongkok terhadap Taiwan, sekutu AS.
Dalam sidang kongres, para anggota parlemen sedang meneliti anggaran Angkatan Laut tahun 2026, dengan kekurangan produksi amunisi dan penundaan pembuatan kapal di antara isu-isu yang dibahas.
Anggota DPR dari Partai Republik Tom Cole dari Oklahoma, ketua Komite Alokasi Anggaran DPR, dilaporkan memperingatkan kemungkinan AS kehabisan amunisi dalam perang, dan perlunya menemukan pengganti amunisi.
"Kita perlu melakukan apa yang kita bisa untuk mempercepat proses itu, karena kita semua sangat, sangat prihatin," katanya.
Minggu lalu, Trump akhirnya mengumumkan gencatan senjata dengan Houthi. Kelompok itu setuju, dengan pengecualian kalau gencatan senjata ini tidak berlaku buat Israel yang masih melancarkan perang Gaza.
Permintaan 'damai' AS ini muncul di laporan kalau serangan AS hanya berdampak terbatas terhadap Houthi dan persediaan amunisi semakin menipis.
(oln/bi/*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ketangguhan Houthi Ungkap Masalah Besar Angkatan Laut AS: Minta 'Damai' Saat Amunisi Menipis
Baca juga: VIRAL Uniknya Suvenir Nikah Anak Juragan Sayur, Konsepnya enggak Biasa
Baca juga: Tampang 4 Wartawan Gadungan yang Peras Tamu Hotel hingga Ratusan Juta sejak 2020
Baca juga: Biksu di Thailand Ditangkap usai Korupsi Uang Umat buat Danai Judi Online Ilegal