Pada perayaan Rabu Abu, abu berasal dari daun palma yang telah diberkati di hari Minggu Palma pada tahun sebelumnya yang dibakar.
Abunya yang berbentuk tanda salib di kening tidak perlu dipakai sepanjang hari, abu boleh dibasuh setelah Misa. Namun, banyak orang tetap memakai abunya sebagai kenang-kenangan hingga malam hari.
Hari Rabu Abu mengingatkan kita bahwa kita harus menyiapkan diri dengan menyadari kesalahan kita dan bertobat dengan berpantang dan berpuasa. Kita juga harus menyadari bahwa dunia ini hanyalah sementara dan Kerajaan Allah yang kekal akan menanti kita.
Pengertian Rabu Abu: asal-usulnya
Rabu Abu berawal dari abad ke-5 SM. Pada Perjanjian Lama, abu digunakan sebagai lambang perkabungan, rasa penyesalan dan pertobatan umat manusia.
Baca juga: Renungan Harian Kristen 5 Maret 2025 - Memuji Tuhan Bahkan dalam Penderitaan
Saat itu, setelah Yunus berseru agar orang-orang kembali kepada Tuhan dan melakukan pertobatan, Kota Niniwe kemudian melakukan puasa dan mengenakan kain kabung lalu duduk di atas abu.
Yesus juga sudah menyinggung pemakaian abu yang ditujukan untuk kota yang menolak melakukan pertobatan dari dosa. Gereja Perdana juga menggunakan abu sebagai simbolis yang serupa.
Selanjutnya pada abad pertengahan, gereja memakai abu sebagai tanda dimulainya masa pertobatan Pra-Paskah. Hal itu juga sebagai tanda bahwa kita sudah menyesali segala dosa yang telah diperbuat.
Pengertian Rabu Abu telah dijabarkan. Di halaman selanjutnya ada penjelasan mengenai pantang dan puasa bagi Umat Katolik.
Pengertian Rabu Abu dan Penjelasan Pantang dan Puasa
Dikutip dari situs BMV Katedral Bogor, Rabu Abu merupakan hari doa dan puasa pertobatan. Pantang dan puasa harus dilakukan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung untuk memperingati sengsara serta wafat Tuhan Yesus.
Pantang ini dilakukan oleh umat yang berusia 14 tahun ke atas. Sementara itu, puasa dilakukan oleh umat yang sudah berusia 18 tahun sampai usia 60 tahun.
Puasa berarti hanya makan kenyang sekali dalam sehari. Untuk waktunya dapat dipilih sendiri, bisa saat makan pagi, siang, atau malam.
Puasa memiliki arti memurnikan hati dan lebih memusatkan perhatian untuk berdoa dan juga merupakan bentuk dari persembahan sehigga puasa dapat disebut doa dengan tubuh. Dengan menjalankan puasa, maka seseorang akan menata kembali tingkah laku dan segi rohani dalam hidupnya.
Sementara itu, pantang dilaksanakan sebagai bentuk pertobatan kita. Umat Katolik wajib berpantang pada selama 7 hari, yakni pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat sampai Jumat Agung.