WAWANCARA EKSKLUSIF

Paus Minta Tak Dijemput Pakai Alphard, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, Seri II

Editor: Duanto AS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umat berbincang dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra.

IMAM Besar Masjid Istiqlal, Prof KH. Nasaruddin Umar, menilai Paus Fransiskus merupakan tokoh pemimpin umat Katolik yang jauh dari kesan kemewahan.

Nasaruddin mengaku sudah cukup mengenal sosok Paus Fransiskus yang kehidupannya sangat sederhana. Bahkan, Paus menolak untuk dijemput pakai Alphard ketika kunjungannya nanti ke Indonesia pada 3-6 September 2024.

"Karena cirinya beliau itu saya tahu persis, ya. Dia tidak ingin mewah-mewah bahkan tidak mau juga menggunakan mobil mewah," kata Nasaruddin saat sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra di kompleks Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (18/7).

Dia mengatakan permintaan itu sudah disampaikan ke pihak Masjid Istiqlal. "Kalau tugas kami menjemput ke katedral kami siapkan mobil apa yang dimau. Yang penting (pesannya) jangan mobil mewah," ujar Nasaruddin, seraya mengatakan teknis penjemputan sudah disepakati dengan katedral dan Paspampres menuju Masjid Istiqlal.

Pihak Masjid Istiqlal nantinya akan memberikan buah tangan khusus kepada Paus Fransiskus. "Ada (cinderamata), tapi standar, ya, hanya bahwa beliau pernah mengunjungi Istiqlal sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara," lanjutnya.

Nasaruddin menaruh perhatian besar terhadap Paus Fransiskus sebagai pemimpin Gereja Katolik Sedunia. Menurutnya, Paus Fransiskus tokoh yang memiliki jiwa kooperatif dan toleransi sangat tinggi. "Menjadi Paus itu kan tidak mudah. Saya kira juga menjadi imam di satu masjid itu juga tentu melalui kriteria-kriteria cukup ketat," ucapnya.

Nasaruddin pun mengaku pernah bertemu satu kali dengan Paus Fransiskus. Praktis perjalanan apostalik ke Tanah Air ini menjadi pertemuan kedua.

Dia masih ingat ketika Paus Fransiskus pernah melakukan penandatangan yang sangat monumental itu dengan Grand Sheikh Al-Azhar. "Sebetulnya rencana kunjungan beliau itu sejak tahun lalu. Tapi tertunda karena banyak agenda-agenda nasionalnya di sana, dan ada juga agenda-agenda nasional kita di sini, untuk pemilu dan sebagainya," ucap Nasaruddin.

Dia memahami keterbatasan waktu Paus Fransiskus sehingga kegiatan yang dilakukan tidak akan berlangsung lama. Selain itu, Paus juga merupakan kepala negara Vatikan sehingga semuanya agenda serba terukur. "Ini protokol dari Vatikan juga langsung ikut bersama-sama dengan kita di sini. Sudah dua kali datang," paparnya.

"Dan jadi kita kooperatif saja. Kita menyerahkan kepada Beliau. Kita kan dalam prinsipnya menghormati memuliakan tamu," tambahnya.

Menurutnya, menghormati tamu bagian dari tradisi Islam maupun budaya bangsa Indonesia. Nasaruddin berujar, orang baik itu adalah orang yang menghargai tamunya.

Pemimpin Gereja Katolik Sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus akan melakukan Perjalanan Apostolik ke Indonesia pada 3-6 September 2024. Kunjungan ini mencakup misa akbar di Stadion Gelora Bung Karno, pertemuan dengan Presiden Joko Widodo serta pertemuan dengan lintas agama mengangkat tema kemanusiaan.

Berikut petikan wawancara khusus Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra, terkait kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia:

Prof, apakah Profesor Nazaruddin Umar pernah bertemu sebelumnya dengan Paus Fransiskus ini?

Ya, saya beberapa kali diundang. Tapi pernah sekali juga diundang Paus Fransiskus. beberapa kali sebetulnya. Tapi ketemu langsung dengan beliau baru satu kali. Vatikan, ada undangan, paus.

Kemudian juga, tapi wakil pausnya pernah datang ke sini. Orang nomor duanya pernah datang ke sini, di Istiqlal. Dan mereka sangat terkesan sampai dia kirimkan publish, publikasi-publikasinya ke kita kan.

Kita juga kirimkan publikasi Istiqlalnya ke Vatikan. Jadi share majalah, majalah Vatikan dikirim, majalah Istiqlal juga. Kita kirimkan, jadi understanding antara dua institusi ini.

Prof, kalau boleh saya tahu ini, kesan Profesor terhadap Paus yang satu ini, Paus Fransiskus, itu gimana? Kan pernah sekali bertemu kan, ya?

Jadi, menjadi Paus itu kan tidak mudah.

Saya kira juga menjadi imam di satu masjid itu juga tentu melalui kriteria-kriteria cukup ketat, ya, kan.

Jadi hampir bisa dipastikan bahwa Paus itu adalah yang dipilih sebagai orang terbaiknya Katolik. Informal, ya, apa formal.

Karena buktinya, dia terpilih sebagai Paus. Jadi saya menaruh perhatian besar, ya. Karena Paus ini rasa, apa, jiwa kooperatifnya atau toleransinya itu sangat tinggi.

Di antara yang dia pernah menandatangani, sangat monumental itu dengan Grand Syekh Al-Azhar. Dan juga pernah kami menggagas, ya, semacam Abrahamic Circle itu, ya. Agama-agama under 30. Dan kemudian berubah menjadi under 40. Saya menggagas waktu itu bersama dengan ponakanannya Raja Abdullah di Jordan.

Jadi, Pangeran Gosi namanya. Pangeran Gosi itu saya masuk timnya. Jadi kita ada kelompok studi, interfaith, ya. Ini pusatnya di Jordan. Dan beliau ini juga sering ke Indonesia. Waktu penandatangan surat itu tinggal saya yang belum tanda tangan.

Maka Beliau terbang dari Jordan terus ke Hotel Borobudur. Saya datang hanya untuk saya-saya. Beliau langsung serahkan, ke Paus, ya.

Jadi ini bagaimana menghimpun. Karena kami berpendapat bersama dengan Pangeran Gosi. Kalau Abrahamic Region ini melakukan kerja sama yang baik, maka kontribusi besar itu sangat bisa dicapai.

Kalau Islam, Kristen, Yahudi ini, membuat selalu tali temali persaudaraan yang komprehensif dan konstuktif, itu pasti bisa berkontribusi sangat besar untuk perdamaian dunia. Karena mayoritas agama dunia sekarang ini dianut oleh tiga komponen agama. Apalagi Islam, Protestan dan Katolik. Memang Yahudi tidak terlalu banyak nominasinya, jumlahnya. Tetapi pengaruhnya, uangnya banyak.

Pengaruhnya juga luas-luasnya besar. Tapi, ya, itulah, kita lebih menekankan aspek pertemuannya, bukan perbedaannya. Soal terjadi di Palestina itu adalah persoalan yang merupakan PR kita bersama.

Tentu kita semuanya tidak tega melihat nyawa melayang tanpa dosa begitu. Kita pun prihatin. Tapi inilah caranya kita bagaimana merespon keadaan seperti ini dengan dua cara.

Ada respons emosionalnya dan juga harus ada respons rasionalnya. Dua-duanya ini harus kita gunakan. Kan ada ayatnya kan, Janganlah kalian masuk pada satu-satunya pintu. Tapi masuklah melalui pintu yang berbeda-beda. Siapa tahu pintu lain ada solusi.

Apakah Prof menyiapkan cendera mata buat Paus Fransiskus. Biasanya kan suka tukar cendera mata kan?

Itu sebuah tradisi di Istiqlal. Cendera mata kita pun juga biasa yang menyimpulkan Istiqlal sebagai masjid terbesar di Asia. Menyiapkan wujud Masjid Istiqlal.

Karena cirinya beliau itu, saya tahu persis, ya, dia tidak ingin mewah-mewahan. Bahkan tidak mau juga menggunakan mobil mewah. Kalau tugas kami menjemput ke katedral, kami siapkan mobil apa yang dimau. Yang penting jangan mobil mewah.

Bahkan termasuk Alphard juga, tidak mau naik Alphard. Susah kan mencari. Jadi akhirnya adalah persepakatan kami dengan katedral, dengan Paspampres.

Kemudian juga banyak hal yang lebih teknis tentu saya tidak sampaikan di sini.

Prof, memang ada acara official. Kalau kemudian secara informal ngobrol dengan Paus itu, kira-kira apa yang Profesor mau sampaikan ke Beliau? Dalam konteks non formal. Jadi kalau misalkan ada jalan bareng atau apa gitu kan. Apa obrolan yang kira-kira pas disampaikan ke Beliau di luar acara rundown, acara resminya?

Ya, tentu bahasa yang bisa nyampung antara satu sama lain. Karena kita juga sebagai imam besar harus menghitung ini negara Indonesia, ini negara plural, ini negara yang berbhineka. Tentu tidak boleh berat sebelah menyuarakan sesuatu. Bagaimana sedapat mungkin setiap kata-kata, titik koma pun yang keluar dari mulut kami, itu semuanya serba terbukuh. Kebiasaan kami memang tidak banyak ngomong.

Apa pun yang kami lakukan di Istiqlal ini, saya tidak semuanya harus diekspose ke media. Bagi saya menyelesaikan semua program itu lebih baik tanpa harus dikenal oleh publik. Banyak sekali orang kaget, lo kok di Istiqlal? Banyak sekali prestasi ini.

Kami dapat empat award internasional. Itu adalah masjid yang paling, bukan masjid, rumah ibadah yang paling indah, paling efektif, paling efisien ada di Istiqlal tahun 2003. Dan ini adalah pertama kali rumah ibadah mendapatkan, ini penghargaan dari Bank Dunia di Washington.

Malah waktu saya ke Washington, kok kenapa? Sepi-sepi saja, di Amerika, di Amerika Latin, kalau menerima sertifikat itu, itu diarak. Karena bangga gitu, ya? Nah, kita kan sudah tiga bulan setelah itu, kalau diarak kan sudah bahas sih kan, ya, sudahlah, biar Tuhan yang tahu.

Jadi apa yang dinilai di Istiqlal ini? Pertama adalah terbersih, terefektif karena banyaknya jaringan-jaringan di sini sangat efektif soal media.

Kemudian efisien, karena 28 persen energi ini kita gunakan melalui solar system. Dan cara pengembalian solar system itu juga melalui wakat jamaat. Jadi tidak semuanya pemerintah.

Dan satu tetes pun di sini, dalam konsep kita itu kan, air wudhu itu kurang lebih 75 jutan liter per tahun. Nah, itu bisa, tidak ada satu tetes pun jatuh ke got. Masuk ke dalam sebuah tabung besar, kemudian di-recycle, bisa langsung diminum.

Dinas kesehatan membuktikan bahwa air ini kualitasnya lebih baik daripada air mineral yang dijual. Jadi kami tidak suarakan ke publik. Jadi kalau teman-teman keliling di sini, seperti Makkah kan, airnya gratis.

Jadi kalau ke Istiqlal, nggak usah bawa air, air yang ada di situ itu setara dengan air mineral yang dijual. Kemudian juga kita menggunakan lampu zenit efisien. Kita pakai AIG semuanya. Jadi efisiennya luar biasa.

Kemudian juga kotoran, kotoran manusia ini kan ada toilet besar di sini, toilet umum. Itu nggak ada yang terbuang. Karena itu kotoran manusia itu diproses menjadi sumber energi baru. Pakai masak itu ada gasnya kan. Sampah tidak ada yang dibuang di sini.

Ya, semuanya di bandar pabrik sampah kita. Plastiknya di-press, dijual lagi.

Prof, bisa menyampaikan closing statement untuk pembaca dan pendengar kita, terkait kunjungan Paus Fransiskus pada 3-6 September 2024. Silakan, Prof?

Kita memang patut bersyukur kepada Allah SWT, karena Istiqlal ini ramai dikunjungi oleh berbagai kepentingan dunia. Hampir semua kepala negara yang datang ke presiden, kunjungan keduanya di sini. Karena di sini ada ikon internasionalnya, masjid terbesar, kubah terbesar, dan arsiteknya seorang non-Muslim, Silaban.

Kemudian saya mengimbau kepada segenap warga bangsa Indonesia, mari kita menjadi tuan rumah yang baik, terhadap tamu-tamu yang terhormat kita ini, ya.

Karena berapa kali juga kepala negara kita berkunjung ke sana, dan ulama besar kita berkunjung ke sana, diberikan penghormatan yang luar biasa, ya. Hampir kepala negara dan ulama kita pernah diundang oleh Beliau.

Yang ketiga, saya mengimbau kepada segenap jemaah masjid, mari kita berdoa semoga Istiqlal ini mampu memancarkan cahaya peradaban Islam modern yang kira-kira mampu memberikan keteduhan, kesejukan, keharmonisan antar sesama, sehingga Istiqlal ini mampu menjadi mercusuar peradaban dunia Islam masa depan. Itu harapan kami. (tribun network/yuda)

Baca juga: 4 Opsi Paus Fransiskus saat di Istiglal, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, Seri I

Berita Terkini