"Kami berharap pemerintah dapat memberikan pemulihan kepada para petani-petani. Supaya petani-petani bisa mulai dari nol lagi," ujarnya.
Saat ini, tujuh dari delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Batanghari terdampak banjir akibat luapan air Sungai Batanghari.
Jalur putus
Di Kabupaten Muarojambi, akses jalan menuju Desa Teluk Jambi dari Desa Dusun Mudo, Kecamatan Taman Rajo, putus.
Air luapan Sungai Batanghari menutup jalan dan merendam rumah. Akibatnya, akivitas dan perekonomian warga terdampak.
Ketinggian air di jalan mencapai paha orang dewasa. Warga yang melintas harus hati-hati.
Junaidi, warga Desa Sekumbung, mengatakan sepeda motor sudah tak bisa melintas. "Sudah banyak motor yang mogok ketika melintas disana," kata Junaidi.
Saat ini, warga tidak bisa keluar-masuk desa yang ada di ujung. Jika ingin masuk desa, mereka harus menyewa perahu warga. Tentunya warga harus mengeluarkan uang.
Kasi Pemerintahan Desa Dusun Mudo, Zulyani, mengatakan jalan akses utama warga Desa Dusun Mudo dan Desa Sekumbung yang terendam sekira 300 ratus meter.
Warga yang ingin ke Kota Jambi atau sebaliknya, harus melalui jalur sungai menggunakan perahu ketek yang berbiaya lebih besar.
Jambi-Pekanbaru 18-24 Jam
Waktu tempuh perjalanan Jambi-Pekanbaru dan arah sebaliknya menjadi semakin lama, bisa mencapai 18-24 jambi. Penambahan waktu itu imbas dari banjir beberapa titik di Provinsi Jambi, Senin (15/1).
Beberapa titik jalan lintas terendam banjir, di antaranya akses jalan menuju Linggau (Sumatra Selatan), Bengkulu dan Pekanbaru (Riau). Kondisi itu membuat pengguna jalan antar kabupaten dan antar provinsi harus mencari jalur lain yang lebih jauh.
Hamid, pengelola Travel PO Ratu Intan, mengatakan dampak banjir di beberapa wilayah turut dirasakan para sopir lintas provinsi, bukan hanya hanya travel saja.
"Kalau rute kita yang terdampak ini ada tiga, yakni tujuan Pekanbaru, Bengkulu dan Lubuk Linggau. Itu untuk rute dari Jambi. Kalau dari Palembang ada lagi rute yang terendam, seperti Sekayu dan Banyuasin," jelasnya.
Kondisi itu berdampak banyak bagi pengelola jasa travel. Jumlah keberangkatan berkurang, karena calon penumpang sudah memperkirakan bahwa jarak tempuh pasti akan lebih jauh dan ongkos juga bertambah.
"Kalau biasanya Jambi-Pekanbaru itu 12 jam, sekarang bisa 18 jam lebih, bahkan 24 jam kalau terjebak macet," tuturnya.
"Nah,kalau sekarang sudah pasti macet, karena akses yang dilalui hanya itu satu-satunya, karena kendaraan Pekanbaru dan Medan lewat situ semua, “ lanjutnya.
Hamid mengatakan untuk wilayah Jambi, titik rawan banjir ada di kawasan Tembesi, Mandiangin, Pauh Sarolangun dan sekitar Merangin.
"Cuma sekarang masih terbilang aman dan tidak macet, karena angkutan batu bara disetop. Asalkan sopir sabar tetap aman," tandasnya.
Tarif travel naik
Imbas jarak tempuh yang semakin jauh akibat banjir, maka biaya operasional untuk travel semakin tinggi. Artinya, tarif travel ikut naik.
Hamid mengatakan PO Ratu Intan terpaksa menaikkan tarif untuk rute tertentu untuk menutupi biaya operasional.
"Dengan kondisi seperti ini jelas berdampak juga pada besaran ongkos, terutama untuk rute Jambi-Pekanbaru naik dari biasanya Rp250 ribu menjadi Rp300 ribu per orang," ujarnya.
Kenaikan tarif mau tidak mau harus tetap dilakukan. Karena selain untuk menutupi biaya operasional juga sebagai solusi agar perjalanan tetap bisa dilanjutkan.
"Biasanya para calon penumpang sudah mengerti dan paham terkait kondisi ini, dan efeknya penumpang kita berkurang," jelasnya.
Puluhan ribu jiwa terdampak
Banjir menerjang beberapa kabupaten di wilayah barat Provinsi Jambi. Permukiman, persawahan, fasilitas umum dan pribadi terendam air.
Di Kabupaten Sarolangun, tebing sawah milik warga Desa Bukit Sulah, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun, habis terkikis dan runtuh.
Persawahan warga yang awalnya luas, kini tinggal sedikit.
Ruslan, tokoh masyarakat Desa Bukit Sulah, mengatakan sawah warga telah hancur.
"Warga Desa Bukit Sulah merasa gelisah dan takut dengan kondisi ini sudah mengancam tebing rumah penduduk," kata Ruslan, Senin (15/1).
Dia mengatakan jarak Sungai Batang Asai dengan tebing yang ada rumah warga tinggal lima meter lagi. Dia berharap pemerintah bisa memberikan solusi.
Apalagi cuaca saat ini kerap mendung. Apabila hujan banjir datang lagi, maka persawahan akan habis dan perumahan warga terancam tebing yang runtuh.
"Karena bronjong penahanan tebing sawah itu tidak mampu lagi membendung derasnya arus Sungai Batang Asai ketika banjir," tutupnya.
Di Kabupaten Tebo, banjir terjadi akibat hujan deras pada Sabtu (13/1).
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bungo mencatat ada 14 kecamatan terdampak. Di antaranya Kecamatan Tanah Sepenggal, Tanah Sepenggal Lintas, Tanah Tumbuh, Bathin II Pelayang, Jujuhan, Jujuhan Ilir, Rantau Pandan, Bathin III Ulu, Muko-Muko Bathin VII, Pasar Muaro Bungo, Bathin III, Limbur Lubuk Mengkuang, Bungo Dani, dan Bathin II Babeko.
Kepala BPBD Bungo, Zainadi, mengatakan upaya penanggulangan bencana telah dilaksanakan. Bantuan seperti dapur umum, tenda darurat, dan bantuan makanan siap saji seperti mie instan, telur, serta kebutuhan balita telah disalurkan ke lokasi terdampak.
"Hingga saat ini, anggota kami bersama Polri, TNI, dan satgas tanggap darurat masih berjibaku di lapangan. Jumlah warga yang terdampak mencapai 5.898 KK atau 22.157 jiwa," ujarnya.
Air masih menggenangi ribuan rumah warga serta fasilitas sosial dan umum.
Warga yang terdampak, terpaksa mengungsi ke rumah keluarga yang dianggap lebih aman.
Banjir juga mengakibatkan beberapa fasilitas umum seperti sekolah dan rumah ibadah terdampak.
Zainadi mengatakan kondisi banjir saat ini sudah mulai surut. "Ya, kondisinya sudah berangsur surut. Kita imbau agar warga tetap waspada," pungkasnya. (wir/yon/uti/zak/usn/sbi/nik)
Baca juga: Pungli di Rutan KPK Rp6,1 Miliar, Dewan Pengawas akan Periksa 93 Pegawai
Baca juga: Ikan Tapah, dari Sungai hingga Jadi Batik, Bincang Bareng Iktiolog Unja, Dr Tedjo Sukmono
Baca juga: Banjir Besar Siklus 20 Tahunan Intai Kota Jambi, Kadis Damkartan: Lima Hari ke Depan