Pada saat itu dapat Masjid Al Hidayah di dekat Pasar Keluarga Sipin.
Selama di sana saya bertugas sebagai pembersih masjid dan guru mengaji.
Dan menjalani perkuliahan secara sederhana berjalan dari Sipin ke Telanai tempat kuliah dengan jarak sekitar 5 Km.
Dan sempat juga mencari tambahan mengajar ngaji dari rumah ke rumah, dengan biaya per rumah Rp25.000.
Sempat juga jatuh sakit saat menjalani aktivitas, karena telat makan karena memang saat itu berada di masa yang sulit.
Meskipun aktivitas cukup padat sebagai guru mengaji, namun organisasi di kampus juga tetap berjalan, hingga saya dipercaya menjadi Ketua Senat Fakultas Ushuludin termuda (semester 4).
Di situlah awal belajar kepemimpinan.
Karena ingin berkembang dalam organisasi, akhirnya diriku memutuskan keluar dari masjid dan nekat mengontrak di kawasan Unbari, kontrakan Wak Syukur namanya, dengan kondisi seadanya.
Hingga perjalanan karier awal kedosenan tahun 94 itu mimpi yang luar biasa.
Pada saat itu pernah juga mengikuti pelatihan jurnalistik dan sempat mendapat kesempatan magang di Kompas.
Akhirnya tetap memilih karier di ASN pada tahun 95 dan fokus di organisasi hingga saat ini.
Bang As'ad ini seorang osen, akademisi dan sekarang rektor yang terbilang dekat dengan mahasiswanya. Mungkin bisa bercerita sedikit, kok bisa dekat dengan mahasiswa?
Jadi gini, kesalahan dosen yang paling mendasar selama ini adalah terjebak dalam pikiran pikiran kewibawaan seorang dosen itu harus berjarak dengan mahasiswanya, itu salah.
Peran kita sebagai dosen itu satu di antaranya ikut memandu, memandu mahasiswa, moral dan lainnya.
Untuk dapat memandu itu kita harus bergaul mendekati, diskusi kepada mahasiswa.