Renungan Harian Kristen 28 November 2023 - Tetap Setia meskipun Jalan Berbatu dan Terjalin
Bacaan ayat; Daniel 1:6-7 (TB) Di antara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda, yakni Daniel, Hananya, Misael dan Azarya. Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego.
Oleh Pdt Feri Nugroho
Saat orang tua memberi nama anaknya, biasanya terkandung sebuah doa seperti yang tertera dalam nama tersebut.
Nama tersebut menjadi penanda akan adanya harapan dan asa dimasa depan.
Setiap kali nama disebutkan ada sebuah doa dipanjatkan dan doa itu akan terus bergema di sepanjang perjalanan kehidupan di masa yang akan datang.
Babel memiliki strategi menarik ketika berhasil mengalahkan sebuah bangsa.
Agar bangsa yang ditaklukkan tidak bisa menyusun kekuatannya lagi maka rakyat dari bangsa jajahan dengan sengaja disebar ke wilayah-wilayah lain yang berjauhan.
Tujuannya, agar mereka tidak bisa lagi terhubung dalam komunikasi. Bukan hanya itu; wilayah jajahan biasanya akan dihancurkan.
Segala bangunan akan diratakan dengan tanah, terutama bangunan yang terkait dengan kepercayaan dan keyakinan.
Ini menjadi penanda bahwa sesembahan bangsa tersebut sudah tidak mampu menolong dan telah dikalahkan.
Tidak berhenti sampai disitu, agar terjadi penaklukan total maka nama-nama orang yang masih bisa dimanfaatkan untuk kepentingan negara, akan diganti sesuai bahasa yang mereka miliki.
Perubahan ini hendak menghapus secara total identitas bangsa jajahan dan menggantinya dengan yang baru, sesuai keinginan dari penguasa.
Tragis bukan?
Itu sebabnya nama Daniel, Hananya, Misael dan Azarya harus berubah menjadi Beltsazar, Sadrakh, Mesakh dan Abednego.