TRIBUNJAMBI.COM,JAMBI - Zumratus Sa’adah Julia, perempuan anggun nan sederhana asal Jambi yang berkuliah di Al Azhar Mesir ini akhirnya lulus dengan baik pada Oktober 2023 lalu.
Dia lulus setelah berjuang dan menyeimbangkan antara kuliah dan organisasi.
Zum, 'Adah, atau Julia orang memanggilnya adalah nama yang telah bergema di Timur Tengah. Setidaknya di kalangan perempuan pelajar internasional di Timur Tengah.
Enam kali Idul Fitri atau enam tahun lamanya setelah terbang ke Mesir ia belum menginjakkan kaki lagi di Tanah Air.
Ada rasa rindu yang menyelimuti diri, namun dilawannya demi studinya itu.
Dirinya yang mendapatkan kesempatan menerima beasiswa di negeri orang itu tidak menyia-nyiakan waktunya.
Sebagai perempuan, ia bertekad menjadi berdaya bagi perempuan lainnya. Satu di antaranya melalui organisasi.
Mungkin saja, ia bisa disebut sebagai organisatoris karena banyak organisasi yang mulai berdiri di tangannya, dan terus berlanjut sampai hari ini.
Karena jadi pemimpin beberapa organisasi, ia menyelesaikan tanggung jawabnya perlahan dan sedikit demi sedikit.
Seolah baginya, semua yang ia mulai perlu ia selesaikan dengan baik.
Kalau mau dilihat dari cerita sebagai mahasiswa dengan beasiswa, ditambah sebagai seorang yang aktif dalam keorganisasian, bukanlah hal mudah.
Mempermudah, kita panggil saja dengan sapaan Zum. Dirinya yang seorang mahasiswi jurusan Filsafat Islam ternyata bukan sekedar mengambil jurusan karena beasiswa.
Ia betul-betul tampak menikmati dan mencintai studi Filsafatnya. Karena semua mata kuliah berbahasa Arab, ia harus belajar dua kali untuk memahaminya.
"Bagaimana tidak, memahami tulisan filsafat pakai bahasa Indonesia saja luar biasa sulitnya. Apalagi ini pakai bahasa Arab. Ditambah harus tahu tulisan filsafat itu siapa yang mengatakan, harus hafal namanya," ungkapnya.
Dia belajar mengenal lebih banyak tentang filsafat walau sesulit itu untuk memahaminya.
Zum menyiasati belajarnya dengan membeli buku-buku filsafat dari Indonesia, dan dikirimkannya ke Mesir.
Setidaknya dengan begitu, ia menambah referensi untuk belajar bahasa dan pemahaman filsafat melalui bahasa Indonesia.
"Sedikit banyaknya bisa membantu untuk belajar. Karena kan kalau filsuf itu ada yang dari negara barat, dan ejaan namanya lebih sulit kalau ditulis pakai huruf Arab. Nah cara belajarnya ya cari buku referensi versi Indonesia, baru bisa mudah baca yang versi Arabnya," cerita Zum tentang metode belajarnya.
Zum merupakan mahasiswi asing ini, tidak ingin hanya menjadi orang yang hanya tahu belajar dari buku.
Dirinya mencoba untuk aktif bertanya dari dosen-dosen, dan mencoba menjalin kedekatan emosional dengan para dosen.
Zum menilai, kesempatannya sebagai seorang yang aktif dalam organisasi bisa menyerap ilmu dari dosen bukan hanya ketika perkuliahan berlangsung.
"Zum bisa undang dosen menjadi narasumber di beberapa organisasi yang Zum ada di dalamnya. Jadi dengan begitu secara tidak langsung kedekatan emosional bisa mulai terbangun," lanjutnya.
Semua rangkaian cerita ini tidak terlepas dari perjuangannya menjadi mahasiswi semester akhir yang berjuang untuk lulus.
Tingkatan ujian termin (semester-red) semakin akhir akan semakin sulit levelnya. Sehingga dia perlu mengerahkan fokusnya agar dapat melalui itu semua.
Beruntungnya zaman sudah semakin canggih, peran dukungan orang tua dan keluarga yang ada di Tanah Air cukup berarti baginya melalui video call (panggilan video-red).
Ketika rindu melanda atau butuh dukungan secara emosional, ia dapat terhubung dengan keluarga di Jambi melalui panggilan video.
Dirinya berharap, kedepannya dapat menjadi orang yang bermanfaat setidaknya untuk umat.
Setelah lulus strata satunya ini, Zum berencana untuk melanjutkan strata duanya di Mesir sebelum menyebarkan keilmuannya ke Tanah Air tercinta.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Budi Yako Sayangkan Kenaikan UMP Jambi Tidak Sesuai untuk Honorer dan PTT
Baca juga: Budi Yako Sebut Kenaikan UMP Jambi 2024 Masih Wajar
Baca juga: DPRD Muaro Jambi Setujui 30 Persen Lebih APBD untuk Pendidikan