3) Orangtua kurang kooperatif dalam permasalahan anaknya;
4) Anggaran dana yang kurang mencukupi dalam mengakomodir gerakan pencegahan siswa rentan putus sekolah, dan
5) Sulit mendeteksi siswa RPS karena kurang pengawasan guru dan orang tua.
Atas permasalahan dan kendala yang ditemukan, Tim PPM Universitas Jambi melakukan advokasi kepada masyarakat sekolah untuk mengambil langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut:
1) Sosialisasi Gerakan SRPS bagi masyarakat sekolah termasuk komite;
2) Meningkatkan kompetensi guru dalam penanganan SRPS;
3) Pendampingan dan pendekatan secara personal dengan orangtua dan siswa;
4) Memberikan poin reward untuk siswa berprestasi;
5) Membuat bank data siswa untuk memudahkan mengidentifikasi dan tindak lanjut dalam penanganan siswa;
6) Infaq untuk membantu permasalahan ekonomi pada siswa rentan putus sekolah;
7) Beasiswa dari komite dan bekerjasama dengan baznas, alumni, maupun lembaga lainnya;
8) Kunjungan rumah (home visit);
9) Guru menjadi orangtua angkat siswa rentan dan ekonomi rendah;
10) melakukan parenting bersama wali murid tentang pentingnya pendidikan, dampak pernikahan dini dan pergaulan bebas; dan
11) Mencarikan wali murid/orang tua asuh untuk siswa broken home.
Kegiatan pendampingan SRPS di SMKN 1 Tanjung Jabung Timur ini dimaksudkan untuk mengampanyekan perluasan akses layanan pendidikan pada anak di usia sekolah.
"Dengan demikian, pada akhirnya kualitas pendidikan akan terwujud dengan kesempatan belajar yang lebih baik dan berkualitas," kata Tim Pengabdian Masyarakat Prodi AP FKIP Universitas Jambi Dr Sofyan.