Semakin tinggi angka drop out (DO) menggambarkan kondisi pendidikan yang tidak baik dan tidak merata atau adanya indikasi rendahnya produktivitas pendidikan. Drop out (DO) adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya, atau sebelum lulus.
Anak tidak sekolah merupakan anak usia 7-18 tahun yang:
1) Tidak pernah bersekolah;
2) Putus sekolah tanpa menyelesaikan jenjang pendidikannya (putus sekolah di tengah-tengah jenjang SD, SMP, atau SMA/SMK); dan
3) Telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan tetapi tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya (SD/sederajat ke SMP/sederajat atau SMP ke SMA/SMK sederajat).
Peningkatan kualitas pendidikan memiliki urgensi tersendiri untuk mendukung pembangunan nasional. Pembangunan nasional ini dapat membentuk SDM yang semakin berkualitas.
Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, pemerintah melakukan upaya-upaya pencegahan agar siswa tetap mendapatkan pendidikan yang layak.
Namun, tidak bisa dipungkiri masih banyak siswa yang belum beruntung untuk bersekolah atau bahkan mengalami drop out (DO). Angka anak putus sekolah khususnya untuk kelompok umur 16-18 tahun (jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK) masih relatif tinggi sehingga permasalahan tersebut perlu menjadi perhatian bersama.
Oleh karena itu, perguruan tinggi dalam hal ini Prodi Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Jambi memandang penting dan mendesak untuk melakukan pendampingan kepada sekolah-sekolah yang terdampak dan terindikasi memiliki SRPS.
Kepedulian ini dikemas dalam program wajib yang harus dilakukan para dosen dalam bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat. Program pengabdian merupakan salah satu pilar utama yang wajib dilakukan para dosen.
Dari data asesmen awal di SMKN 1 Tanjung Jabung Timur masih terdapat siswa yang berada dalam kategori SRPS.
Fakta tersebut misalnya ada siswa yang tingkat kehadirannya rendah, berasal dari keluarga ekonomi rendah, sering terlambat dating ke sekolah, melakukan bullying, prestasi rendah, tidak berpartisipasi aktif dalam belajar, dan hal-hal lainnya.
Kendala dan permasalahan yang dihadapi sekolah adalah:
1) Komunikasi dengan orangtua untuk melakukan home visit sulit karena jarak rumah jauh yang dikunjungi jauh dengan sekolah;
2) Lambatnya respon orang tua terhadap panggilan sekolah;