Ini nggak boleh terjadi tugas sejarah dan tugas negara harus akur.
Karena nanti, ke depan, sejarah yang akan menguji negara gitu lho.
Apakah negara bisa melakukan atau nggak.
Jadi itu saya bicarakan baik dari aspek ekonomi, aspek geo-ekonomi, aspek geo-politik, aspek geo-strategis.
Saya berbicara 1,5 jam waktu itu disaksikan beberapa teman-teman, tim saya, dan beberapa media.
Sampai satu kesimpulan pasangan calon jangan dijadikan lawan elektoral, yang rugi bangsa Indonesia.
Sebagaimana saya yakin Pak Prabowo melihat.
Kami pun kekuatan elektoral yang akan rugi juga, bayangkan kalau dua calon debat, orang bingung apa yang didebatkan ya wong sama kok.
Nggak ada hal teknis, taktis. Debat itu kan bidang politis bukan strategis.
Itu nanti urusan kementerian, urusan mengangkat menteri siapa, pendekatannya seperti ini.
Bahkan bukan menteri, itu urusan dirjen dan direktur kementerian seperti apa.
Bukan di level perbedaan teknis dan taktis itu kemudian menentukan perbedaan presiden dan wakil presiden.
Menurut saya itu sama saja rumah terbakar tikus habis ke luar.
Karena siapa pun yang menang nanti, kemenangannya pasti akan tipis.
Ketika tingkat kepuasan pemerintah Jokowi yang approval ratenya 90 persen maka secara mental, kebatinan, dan psikologis ini akan sulit dipercaya.