"Jadi saya tanya ke senior, ga ada yang ngerti. Kebetulan satu senior nyuruh saya tanya ke si Oppa," cerita gadis kelahiran Melaboh, 17 Oktober 1992 itu.
Sejak saat itulah, Arma dan Park Sang Hyeok sering bertemu.
Park Sang Hyeok pun sering membantu Arma setiap kali ia mendapat kesulitan.
"Jadi deketnya itu memang gara-gara riset. Dia itu ngebantu banget. Dari bikin reaktor, diajarin ini itu. Sampai jam 2 malem reaktor ga jalan, Aku telpon dia, jam 2 malem dia mau balik ke lab," tutur Arma.
Ia dan Park Sang Hyeok hanya menjalani masa pendekatan selama satu bulan.
Waktu satu bulan itu merupakan masa dimana mereka saling membantu pekerjaan satu sama lain.
"Dia sering bantu saya, jadi saya juga bantu balik. Profesor itu memang suka ngasih kerjaan ke Korean student parah banget, Dari pagi sampai tengah malem di lab terus. Lab kita lab basah (Molecular Biotechnology)" ungkap Arma.
"Jadi saya juga bantu dia ( Park Sang Hyeok), dalam waktu satu bulan setengah itu lah kita banyak ngobrol, sampai dekat," sambungnya.
Setelah saling mengenal, keduanya pun akhirnya menjalin hubungan pacaran.
Memutuskan Mualaf
Setahun sebelum menikahi sang kekasih pada 8 Agustus 2023 lalu, Park Sang memutuskan mualaf.
Arma kala itu tak mau Park Sang Hyeok jadi mualaf hanya karena ingin menikahinya. Dimintanya Park Sang berpikir matang-matang.
Sebab, menjadi mualaf bukan sekadar mengucapkan dua kalimat syahadat. Ada banyak aturan dan tata cara yang wajib dilaksakan sebagai orang Islam.
"Aku bilang ke dia, jangan sampai kamu masuk Islam cuma karena mau nikah sama aku. Aku jelasin kalau masuk agama Islam nanti kamu ga bisa ini-ini, banyak banget aturannya. Jadi aku bilang cobalah pikir-pikir dulu," jelas Arma.
Park Sang tak menyerah, ia siap menunaikan tanggung jawab dan kewajibannya ketika menjadi mualaf.