TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Saat para emak-emak itu menerobos masuk, sekira 20 orang lelaki di dalam rumah langsung berhamburan keluar.
Mereka kabur tak tentu arah.
Peristiwa itu terjadi saat puluhan emak-emak dan warga menggerebek sebuah rumah di kawasan Payo Sigadung, RT 05, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi, yang diduga dijadikan basecamp transaksi sabu-sabu, Sabtu (22/7) sekira pukul 14.00 WIB.
S (38), emak-emak yang ikut penggerebekan, mengatakan aksi itu dilakukan lantaran warga Payo Sigadung yang merupakan tempat eks-lokalisasi, geram terhadap aktivitas transaksi narkoba di sana.
Selain itu, banyak warga sekitar kerap kehilangan barang karena dicuri.
"Warga sudah resah karena warga sekitar banyak kehilangan barang. Ada motor, mesin air, handphone (telepon seluler), laptop. Kehilangan itu tidak hanya di RT kami saja, tapi ada juga ke RT tetangga, sejak basecamp sabu itu dibuka," katanya.
Basecamp sabu-sabu itu, menurut warga, sudah lama ada, sekira setahun.
Dia mengatakan warga sudah melapor ke kepolisian, namun pihak berwajib tak kunjung mengeksekusi meski sudah ada laporkan warga.
"Kurang lebih sudah setahun lebih mereka buka di sini. Kami sudah melapor, tapi tidak ada tanggapan," ujarnya.
S menjelaskan saat penggerebekan, emak-emak menemukan sabu-sabu, alat hisap sabu, plastik kecil dalam jumlah banyak, serta uang tunai Rp20 juta lebih.
Selain itu, ada satu orang diamankan dan sudah diserahkan ke kepolisian.
"Awalnya kami bae. Sesudah itu, sekitar 30 menit, baru polisi datang. Ada satu orang pria diamankan itu. Ada juga banyak alat hisap sabu dan uang tunai Rp20 juta lebih," ujarnya.
Saat kejadian, para emak-emak melihat sekira 20 orang lelaki berada di basecamp.
Di dalam basecamp itu terdapat delapan kamar sebagai tempat para pengguna menghisap sabu.
Bahkan, ada pula 4-5 orang pekerja untuk memfasilitasi para pengguna.
"Saat kita masuk, banyak orang di dalam dan motornya. Ada juga di dalam mereka nyabu. Mereka berhamburan kabur pas kami masuk, ada yang langsung bawa motor, ada yang nyelamatin uang puluhan juta," ujarnya.
"Kami dak mungkin nak nangkap lanang galo, kami ibu-ibu," jelas S.
Pascapenggerebekan, sejumlah emak-emak menghitung sejumlah uang yang didapat dari tanggan pekerja.
Mereka juga melemparkan alat hisap serta plastik sabu yang kosong keluar basecamp tersebut.
Keresahan warga
Penggerebekan itu berawal dari keresahan warga yang kemudian meledak.
Menurutnya, keresahan warga menjadi-jadi karena banyak remaja ikut mondar-mandir dalam basecamp sabu tersebut.
S juga mengatakan putaran narkoba di basecamp tersebut cukup besar, karena selalu dipenuhi para pengguna.
"Apalagi liat anak SMP-SMA bolak-balik masuk ke dalam (basecamp). Ada yang bonceng tiga. Kan kita kasihan, resah dan mengebu-gebu perasaannya," tutur S.
S juga mengatakan para pengguna narkobat itu datang dari berbagai wilayah di Kota Jambi.
Pantauan Tribun Jambi pada Minggu (23/7) sore, basecamp tersebut kini telah dipasangi garis polisi. Tidak ada seorang pun di dalamnya.
Penjelasan kapolresta
Kapolresta Jambi, Kombes Eko Wahyudi, memberikan tanggapan terkait penggerebekan oleh warga.
Dia mengatakan penggerebekan basecamp narkoba oleh warga, dilakukan satu jam sebelum polisi menangkap enam pelaku di lokasi yang berbeda, namun berdekatan.
"Pada pukul 14.30 WIB, sudah ada TO (target operasi) yang mau kita amankan di daerah Rawasari itu, eks lokalisasi Pucuk itu. Lalu berangkatlah anggota ke sana, ada enam orang yang ditangkap, bukan TO itu," kata Eko, Minggu (23/7).
Saat enam orang itu diamankan polisi, diduga ada yang memprovokasi warga.
Kemudian, warga melakukan penggerebekan basecamp yang dimaksud.
"Setelah kita amankan di Polresta Jambi, ada satu orang istri yang tidak terima kenapa suami ditangkap, bandarnya tidak," ujarnya.
Eko menjelaskan bahwa dari enam orang yang diamankan sebelumnya, diduga menjadi pengedar di sana.
Polisi turut mengamankan paket sabu sekira 1 gram.
"Yang ditangkap ada enam orang, barang bukti ada, tidak sampai satu gram," sebutnya.
Sementara itu, Kasat Narkoba Polresta Jambi, Kompol Niko Darutama, mengatakan ada satu orang yang diamankan saat emak-emak melakukan penggerebekan.
Sementara itu, pemilik rumah yang dijadikan basecamp, sedang dimintai keterangan oleh polisi.
"Kenapa satu yang diamankan, karena dia yang punya tempat. Itupun dia tidak ada di lokasi, di sebelahnya," kata Niko.
Dia mengatakan lelaki yang diamankan emak-emak itu diserahkan ke polisi.
Namun, tidak ditemukan barang bukti narkoba, hanya alat isap sabu dan uang tunai.
"Barang bukti sabu tidak ada, hanya duit sama bong, sama duit kurang lebih Rp25 jutaan," ujarnya.
Soal aktivitas basecamp narkoba, Niko menyebut sebelumnya telah diketahui ada di depan area eks-lokalisasi Payo Sigadung.
Dia menyebut basecamp itu baru beraktivitas di sana.
"Kalau basecamp itu kan dulunya di depan (di luar eks-lokalisasi). Saya monitor dak ada lagi itu. Nggak tahunya pindah ke belakang," katanya.
Tidak Semuanya
S, emak-emak yang ikut penggerebekan, menegaskan, bahwa tidak semua lokasi eks-lokalisasi Payo Sigadung merupakan tempat narkoba.
"Walaupun ini tempat lokalisasi tapi disini tidak semua pengguna narkoba," tegasnya.
Dahulu, lokalisasi Payo Sigadung atau yang dikenal dengan sebutan Pucuk, merupakan yang terbesar di Provinsi Jambi.
Perputaran uang di sana, disebut-sebut miliaran rupiah per hari.
Selain pekerja seks komersil, ada juga penjualan minuman keras.
Rumah-rumah yang ada di kawasan itu dijadikan tempat transaksi penjaja seks dan minuman keras.
Beberapa tahun lalu, Pemerintah Kota Jambi menutup lokalisasi tersebut. (can)
Baca juga: Kisah Mbah Taryo Dapat Uang Rp19,8 Miliar, Beli Kebun Rumah Mewah, Lahan Kena Tol Jambi-Sumsel
Baca juga: Kisah Anak Driver Ojol Batal Jadi Sekuriti Tapi Malah Jadi Polisi