TRIBUNJAMBI.COM - Indonesia memiliki sejarah kelam pada bulan September. Pemberontakan yang terjadi pada 30 September 1965 atau yang dikenal dengan G30S/PKI itu, membunuh tujuh jenderal dalam satu malam.
Jauh sebelum kemerdekaan, Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan bagian dari Partai Syarikat Islam (SI). Lalu siapa yang mendirikan PKI di Indonesia.
Dari catatan sejarah, Ketua Umum Pertama Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah Semaun. Putra dari Prawiroatmodjo yang lahir di Mojokerto pada 1899.
Semaun muda diketahui menempuh pendidikan di Hollandsch Lagere School (Sekolah Dasar Belanda) di Surabaya, saat usianya 7 tahun.
Karena kecerdasan yang dimilikinya maka ia diizinkan untuk mengikuti ujian “Klein Ambtenaar” (Pegawai Pamongpraja Rendah) ketika masih duduk di kelas VI. Pada 1912 dari hasil ujiannya ia dinyatakan lulus dengan hasil yang baik.
Sayangnya Semaun yang berasal dari keluarga kurang mampu, tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Semaun kemudian memilih untuk bekerja di perusahaan kereta api Staats Spoor Maatschapi (Perusahaan Kereta Api Negara).
Karena keinginannya yang kuat untuk belajar, Semaun pun mendapat kesempatan belajar lagi dan berhasil mencapai ijazah “Hollandsche Komis" (Komis A).
Lalu, Ia pun melanjutkan kembali pendidikannya hingga mencapai ijazah Komis C. Dengan pendidikan yang dimilikinya itu sehingga ia memiliki jabatan yang bagus di perusahaannya.
Di tengah kondisi kehidupan yang berkecukupan itu, Semaun tidak tega melihat penderitaan rakyat Indonesia yang kala itu dijajah oleh Belanda. Hingga akhirnya Semaun memilih untuk melepaskan jabatannya itu dan terjun ke dalam pergerakan nasional.
Baca juga: Siasat PKI Tutupi Peristiwa G30SPKI Dengan Tontonan Layar Tancap Bagi Warga
Bergabung ke Sarekat Islam
Lepas dari pekerjaannya, Semaun lalu terjun menjadi aktivis dengan bergabung dalam Sarekat Islam (SI) cabang Surabaya pada 1913. Semaun bergabung dengan organisasi yang didirikan oleh H.O.S. Tjokroaminoto itu ketika usianya baru 14 tahun.
Di Sarekat Islam gerakan yang cukup mengagetkan ialah dirinya mengorganisir para petani di daerah tanah partikelir untuk melakukan pemogokan, menuntut pembagian hasil panen yang adil, yaitu separuh hasil untuk petani penggarap.
Hal ini lantaran awalnya para petani menderita karena diperas oleh tuan tanah yang meminta hasil empat per-lima dari hasil pertanian yang digarap oleh petani.
Sedangkan para petani hanya mendapat seperlima dari hasil tanah yang digarap itu. Aksi Semaun dalam memimpin pemogokan itu membuahkan hasil.
Hingga namanya pun dikenal banyak orang, bahkan dirinya diangkat menjadi sekretaris lokal Sarekat Islam di Surabaya.
Baca juga: Mengenal Sosok AH Nasution, Jenderal yang Lolos dari Penculikan PKI
Mengenal Faham Sosialis
Karena kepopuleran yang dimiliki oleh Semaun, membuat pendiri Indische Sosiaal Democratische Vereniging (ISDV) dan Vereniging van Spoor en Tramweg Personcel (VSTP), Sneevkiet tertarik untuk merekrutnya.
ISDV adalah organisasi sosialis Hindia Belanda dan VSTP adalah organisasi buruh dan kereta api.
Sneevkiet ini merupakan orang yang menganut faham sosialis yang mana menganggap semua manusia itu sama rasa sama rata.
Faham itu dirasa cocok oleh Semaun hingga akhirnya dirinya bergabung dalam ISDV dan VSTP. Di organisasi itu Semaun didapuk sebagai propagandis yakni orang yang melakukan propaganda.
Baca juga: Misteri Sosok DN Aidit dan Terjadinya Peristiwa G30SPKI
Lahirnya Jiwa Komunis
Semaun bersama dengan dua rekannya, Alimin dan Darsono mewujudkan keinginan dari Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda.
Setelah lama di ISDV dan jiwa komunisnya semakin menjadi, hal ini membuat hubungan dirinya dengan SI menjadi renggang.
Pada 23 Mei 1920, kemudian Semaun memilih untuk mengganti ISDV menjadi Partai Komunis Hindia. Nama itu tidak berlangsung lama, selang tujuh bulan nama itu diubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Di partai tersebut Semaun menjadi ketua umumnya.
Sehingga ketua umum pertama dari PKI adalah dirinya. Awalnya PKI ini adalah bagian dari SI, akan tetapi terjadi perbedaan faham akhirnya SI dan PKI berpisah pada Oktober 1921.
Baca juga: Kisah Sukitman, Polisi yang Saksikan Kekejaman PKI Habisi 7 Jenderal di Lubang Buaya
Diasingkan ke Belanda
Pada 1923 Semaun bersama dengan VSTP melakukan aksi mogok besar-besaran. Akibatnya dirinya pun ditangkap dan diasingkan ke Belanda. Di Belanda ia menjalin hubungan dengan organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda. Tidak lama kemudian ia pun pergi ke Moskow Uni Soviet.
Di sana ia bekerja sebagai pengajar Bahasa Indonesia di Institut Ketimuran dan Institut Hubungan Luar Negeri Moskow.
Ia juga bekerja di radio Moskow untuk mengisi siaran berbahasa Indonesia. Hingga kemudian ia pun menikah menikah dengan seorang perempuan Rusia bernama Varia.
Puncaknya ia dipercaya menjabat sebagai ketua Badan Perancang Negara di Tajikistan.
Setelah lama di Uni Soviet ia ingin pulang ke Indonesia, akan tetapi hal itu dicegah oleh pimpinan Soviet.
Akan tetapi setelah Presiden Soekarno yang meminta langsung ke Uni Soviet akhirnya pada 1956 Semaun pulang ke Indonesia.Namun setelah pulang ke Indonesia ia tidak terlibat lagi dalam PKI.
Baca juga: Kisah Kopassus Mencari Jenderal Korban G30SPKI di Sumur Tua
Sumber: (TribunnewsWiki.com)