Saya menggunakan analogi di tengah keterhimpitan pandemi, kalau ada orang yang bilang untuk keluar pandemi maka kita harus minum baygon campur bedak purol itupun cenderung kita percaya. Karena kita mau keluar apalagi kalau ada yang janji mau kasih Rp2 triliun. Suasana batin keterhimpitan yang membuat orang euforia.
Untuk mengakhiri polemik sumbangan Rp2 triliun seperti apa caranya agar akal sehat kita bisa kembali?
Terus terang hiruk pikuk tentang ditersangkakan kemudian dinyatakan masih terperiksa ini menambah kebingungan yang tadinya hanya masalah Rp2 triliun.
Bisa saja persoalan tersangka dan tidak tersangka hanya persoalan teknis yuridis. Mungkin masih ada unsur hukum yang belum terpenuhi sehingga dinyatakan belum tersangka. Tapi masalahnya kok bisa tidak sejalan antara pejabat satu di lembaga yang sama dengan pejabat yang lain.
Itu persoalan yang menimbulkan kehebohan lagi serta menimbulkan kecurigaan yang paling dasar. Orang mulai curiga drama apa yang terjadi sebenarnya. Sampai sekarang mungkin Anda yang berada di Sumatera Selatan pun tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saya juga tidak tahu.
Saya hanya mengatakan melihat dengan positive thinking mungkin terlanjur dinyatakan tersangka tetapi penyidik melihatnya masih unsur yang belum terpenuhi. Mudah-mudahan seperti itu. (tribun network/reynas abdila)