Dalam tiga menit pasukan para komando telah menguasai situasi.
Pukul 02.46, seorang anggota pasukan khusus keluar dari pintu depan pesawat mengacungkan jempol.
Lubang-lubang di dinding pesawat Woyla bekas peluru pasukan khusus anti teroris saat pembebasan sandera.
Menit-menit berikutnya terdengar raungan sirine ambulans mendekati pesawat yang sudah tiga hari lebih terparkir di landasan.
Beberapa orang segera diangkut ke rumah sakit. Sebuah bus kemudian datang menjemput para sandera.
Seluruh penumpang selamat.
Pukul 03.20, ambulans terakhir meninggalkan lokasi kejadian. Letnan Satu (Anumerta) Achmad Kirang dan Kapten Pilot Herman Rante meninggal saat dirawat di rumah sakit.
Indonesia punya sejarah cemerlang dalam mengatasi pembajakan pesawat, yaitu saat Pasukan Anti Teror melumpuhkan pembajak Pesawat Garuda DC-9 atau Woyla pada 1 April 1981 di Don Mueang, Thailand.
Tayangan lengkapnya, di video Kompas.id, Minggu (31/3/2019).
Empat awak pesawat DC-9 Garuda “Woyla” yang dibajak Sabtu 28 Maret lalu. Dari arah jarum jam: Lidya yang sedang memegang foto almarhum Captain-pilot Herman Rante, Retna, Deliyanti yang memegang topi pilot almarhum, dan Co-pilot Hedhy Juwantoro pada upacara pemakaman Herman Rante di Taman Pahlawan Kalibata Senin kemarin.
Baca juga: Pesawat Boeing B-29 Superfortress Malaikat Maut Perang Dunia II Bawa Bom di Hiroshima Nagasaki
Baca juga: Ramalan Shio Senin Senin 2 Agustus 2021, Shio Kuda Akan Dibanjiri oleh Emosi
Baca juga: Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegah dan Mengurangi Krisis Air Bersih
Atas jasanya dalam operasi pembebasan sandera itu, Kirang yang saat itu berpangkat capa (calon perwira) mendapat Bintang Sakti dan kenaikan pangkat istimewa dua tingkat, prajurit para komando lainnya juga mendapat Bintang Sakti dan kenaikan pangkat satu tingkat.
Pembajakan pesawat GA-206 rute Palembang-Medan –kemudian dibelokkan ke Bangkok setelah mengisi bahan bakar di Penang (Malaysia)— itu bermotif tuntutan pembebasan beberapa orang yang ditahan karena terlibat pembunuhan empat anggota polisi dalam Peristiwa Cicendo di Bandung, Jawa Barat.
Para pembajak juga menuntut tebusan 1,5 juta dollar AS.Kompas mencatat dua kali peristiwa pembajakan pesawat maskapai Indonesia sebelumnya.
Pertama, pesawat jenis Vickers Viscount milik Merpati Nusantara Airlines rute Surabaya-Jakarta, dengan nomor penerbangan 171, pada 5 April 1972 di Bandara Adi Sucipto, Jogjakarta.
Kedua, pesawat DC-9 milik Garuda dengan nomor penerbangan GA-488 dari Jakarta menuju Surabaya, 5 September 1977.
(Tribunjambi.com)
Berita lainnya seputar Kopassus