TRIBUNJAMBI.COM - Nasib pilu dialami keluarga Dani usai di PHK dari perusahaannya.
Dani dan keluarga nekat melakukan perjalanan mudik dari Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, menuju Soreang, Bandung, Jawa Barat, dengan berjalan kaki.
Alasan Dani dan keluarganya mudik dengan berjalan kaki lantaran tak punya banyak uang.
Diketahui, Dani melakukan perjalanan mudik ke Bandung bersama istri dan dua anaknya yang masih balita.
Dua anak balita Dani adalah Manpa (3 tahun 8 bulan) dan Hanum (1 tahun 5 bulan) nama dua anak mereka.
Baca juga: 85 Warga China Masuk Indonesia saat Mudik Dilarang, Anggota DPR: Pemerintah Seharusnya Peka
Jarak perjalanan yang harus ditempuh dari Gombong ke Soreang hampir sejauh 300 kilometer.
Dani tiba di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, pada Jumat (7/5/2021).
Ini adalah hari keenamnya berjalan kaki dari Gombong, Kebumen, Jawa Tengah.
Mereka berencana mudik menuju Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Mereka terpaksa mudik jalan kaki karena tak punya ongkos.
Baca juga: Susi Air Temani Garuda Indonesia Terbang Selama Masa Larangan Mudik
Dalam perjalanan panjang ini saja mereka hanya berbekal Rp 120 ribu.
Mereka berangkat dari Gombong pada Minggu (2/5/2021).
"Berangkat Minggu sore (dari Gombong), setelah Ashar," ujar Dani.
Keluarga ini melakukan perjalanan usai shalat Subuh. Saat sinar matahari mulai terasa terik, mereka menepi untuk melepas lelah sejenak.
"Hari mulai panas, kami mencari tempat teduh," ucapnya.
Baca juga: Susi Air Temani Garuda Indonesia Terbang Selama Masa Larangan Mudik
Mereka kembali berjalan kaki setelah Ashar, saat cahaya matahari mulai melunak.
Sewaktu mentari telah balik ke peraduan, mereka akan menghentikan langkahnya.
Dani dan keluarganya akan menepi lagi mulai pukul 20.00 WIB.
Mereka biasanya mencari stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) atau masjid sebagai tempat beristirahat.
Namun, kata Dani, dia dan keluarganya pernah berjalan hingga pukul 23.00 WIB gara-gara tak menemukan pom bensin atau masjid.
"Pernah sampai tengah malam," tuturnya.
Baca juga: Kondisi Titik Penyekatan Perbatasan Jambi Terkait Larangan Mudik 2021, Pemudik Disuruh Putar Balik
Dani menjelaskan, pilihan ini terpaksa diambil karena mereka tak lagi punya uang.
"Sisa uang (gaji) Rp 120.000," ungkap dia.
Sebelumnya, Dani sempat bekerja di sebuah tempat konveksi di Gombong.
Pendapatannya dari konveksi hanya cukup untuk membayar kontrakan dan makan.
Apalagi, dia sekarang tak lagi bekerja.
"Namun sekarang sudah tak lagi kerja, jadi memutuskan untuk pulang ke Bandung," bebernya.
Baca juga: Kondisi Titik Penyekatan Perbatasan Jambi Terkait Larangan Mudik 2021, Pemudik Disuruh Putar Balik
Uang Rp 120 ribu yang dibawanya digunakan untuk membeli makan dan minum.
Dani menceritakan, selama perjalanan dari Gombong ke Ciamis, mereka bertemu banyak dermawan yang memberi makan dan minum untuk dirinya dan keluarganya.
"Alhamdulillah," paparnya.
Tiap hari berjalan 30 Km
Setiap hari mereka bisa melakukan perjalanan 25 km sampai 30 km.
Kadang perjalanan mereka bisa lebih cepat kalau ada yang ngajak menumpang naik mobil.
Dani memperkirakan mereka akan sampai di Soreang pada hari kedua lebaran.
“Do’ain kami selamat,” katanya.
Baca juga: Dishub Provinsi Jambi Salurkan Bantuan Untuk Para Sopir dan Kernek Terdampak Larangan Mudik
Di sisi lain, pemerintah RI sendiri telah resmi melarang seluruh warganya melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman pada Lebaran tahun 2021 ini.
Sejumlah polisi dikerahkan untuk menjaga perbatasan.
Tujuannya, tentu untuk meminimalisir arus mudik.
Meski demikian, tak semua warga takut.
Ada juga yang nekat mudik.
Penyebabnya, mereka tak lagi punya alasan untuk tidak pulang ke kampung halaman, karena sudah kehabisan uang di tempat perantauan.
Sumber: Tribun Jabar/Kompas.com (*)