Tribun : Setelah bertugas menjadi anggota Brimob hampir 4 tahun, apa hal yang berkesan dalam penugasan ?
Miranti : Hak yang berkesan itu banyak, apa lagi jika pelatihan kan tidak memandang cowok atau cowok jadi dimulai saat pembinaan, pelatihan anti anarkis, JW dan BKO dan BKO ini yang paling berkesan karena berhadapan lagsung dengan masyarakat.
Tribun : BKO itu tahun berapa dan dalam pengamanan apa?
Miranti : Itu tahun 2019, waktu pengamanan pilpres pak Jokowi, itu benar-benar anak SMA yang tidak tau permasalahannya apa tiba-tiba ikut tawuran, jadi ketika BKO turun habis magrib sampai jam 4 subuh belum tidur juga, bahkan istirahatnya dipinggir jalan, di lempar batu sama masyarakat dan dilempar bom molotov juga dan itu pengalaman yang sangat luar biasa.
Tribun : Saat masa BKO di Jakarta 2019, sejumlah personil ada korban juga dan mbak sendiri apakah ada kena lemparan batu, gas air mata atau pukulan dari masa?
Miranti : Sebelumnya kita telah mendapatkan pelatihan anti anarkis, kita membuat lingkaran dan disitu kita dilempari gas air mata ditengah-tengah sambil pegangan tangan, jadi sebelum masyarakat merasakan kita sudah merasakan duluan, dan gas air mata itu tidak ada masalah, sebenarnya tidak apa-apa cuma perih asal jangan di kucek biar tidak tambah perih, pernah juga dilempar bom molotov itu sampai pecah, karena kita full body safty semuanya jadi Alhamdulillah aman.
Tribun : Kita balik mundur lagi mbak, apa ini latar belakang masuk terjun ke polisian ?
Miranti : Dulu waktu masih kecil, belum tahu cita-cita mau jadi apa, pengennya jadi penyanyi, semakin dewasa sudah bisa melihat mana yang pekerjaan bener-benar kita suka dan kita nyaman tapi bisa menjamin kita sampai tua dan jatuhnya kan polisi pegawai negeri, dipikir-pikir lagi sudah bener ini apa lagi almarhum papa kan suka sekali kalau anaknya jadi polwan, ini pertama kali tes dan Alhamdulillah lagsung lulus.
Tribun : Itu bagaimana? Pertama tes lagsung yakin lulus 100 persen atau gimana ?
Miranti : Karena sudah mau tes jadi ya harus semksimal mungkin, dan tuhan itu menciptakan manusia dengan kelebihan, bahkan kekurangannya pun bisa menjadi kelebihan.
Tribun : Sebelumnya pernah ada pikiran tidak, akan di tempatkan pada pekerjaan yang beresiko tinggi ?
Miranti : Saya memang orangnya suka yang menantang, memang semua sudah ada jalannya, kenapa harus Brimob, kenapa harus saya dari sekian banyak polwan di Jambi, pasti ada sesuatu disitu, dan selama di Brimob memang semuanya benar-benar menantang.
Tribun : Diawalkan mbak bercerita berat menjadi anggota Brimob, lambat laun ternyata cinta, ada tidak motifasi untuk orang diluar sana yang memiliki pikiran bahwa pengen jadi polisi tapi takut jika di tempatkan di Brimob.
Miranti : Semua pekerjaan ada resikonya masing-masing, saya dulu dari SMP dan SMA minderan, saya berpikir gini, jika saya mau hebat, saya harus dekat sama orang-orang yg hebat jika ingin menjadi hebat, jadi contoh kecilnya gini Jika kita malas beribadah kita harus dekat sama orang yg rajin beribadah agar kita memiliki motifasi untuk beribadah, lingkungan membentuk seperti apa kita dan semua tergantung kita, kita mau mengarah kemana dan semua pekerjaan ada resikonya masing-masing, baik di polisi umum maupun di Brimob, semua sudah dituliskan dan musibah juga mendekatkan kita lagi kepada sang pencipta.
Tribun : Tidak hanya menjadi personil Brimob, dengar-dengar mbak juga pernah ikut audisi bernyanyi?