Namun, bagi yang ingin berinvestasi saham, Risza mengingatkan agar mempunyai pengetahuan cukup mengenai saham dan mesti jeli dalam memilah-milah saham yang memiliki prospek bagus.
“Saham (bisa memiliki) keuntungan ganda. Saham kalau dia blue chip nilainya meningkat, sementara dia bisa memberikan deviden jadi ada fixed income,” ujar dia.
Selanjutnya, jika seseorang mempunyai dana yang lebih, simpanan dana yang cukup besar, dan mempunyai dana simpanan darurat yang aman, maka Risza menyarankan untuk mulai berinvestasi di bidang properti.
Dia menilai, prospek investasi di bidang properti juga memiliki prospek yang baik dan menjanjikan.
Meski harga properti saat ini terbilang masih terkoreksi, tetapi pada saat ini dan tahun depan adalah waktu yang tepat untuk memulai investasi di properti.
“Walaupun kadang-kadang ada koreksi, tapi dalam jangka panjang properti bisa dijadikan salah satu alternatif untuk likuiditas yang cukup baik,” kata Risza.
Meski begitu, Risza tidak menyarankan untuk berinvestasi di valuta asing.
Ia menilai investasi ini salah satunya bergantung pada nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Investasi valas ini dinilai dapat berdampak pada Indonesia. Misalnya, jika nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap rupiah, maka kemungkinan perekonomian Indonesia sedang kurang baik.
“Saya tidak rekomendasi kalau valas karena itu mempengaruhi ekonomi Indonesia. Jadi kita kalau investasi tidak boleh egois juga. Kita juga harus melihat apa dampaknya bagi makroekonomi,” ucap Risza.
Baca juga: Sentimen RUU Larangan Minuman Beralkohol Bakal Mengepres Pergerakan Saham Emiten Bir
Sementara itu, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra menilai harga emas akan meningkat jika perekonomian global diliputi kekhawatiran.
Sedangkan, jika dalam kondisi yang biasa saja, maka harga emas cenderung flat (mendatar).
Ariston menyebut, naik turun harga emas di tahun depan kemungkinan akan dipengaruhi seberapa lancar dan sukses vaksinasi.
Kemudian, apakah perekonomian global masih diliputi tekanan sehingga masih membutuhkan stimulus.
Baik stimulus fiskal maupun stimulus moneter. Hal ini yang membantu menahan penurunan harga emas saat ini.